Hari Perempuan Internasional 2023 | Keadilan bukanlah cita-cita hampa. Ia adalah prasasti abadi yang tidak hanya diukir, tapi juga ditegakkan. Dengan keadilan, inklusi yang sejati dapat terwujud, sehingga setiap individu dapat saling rangkul meskipun beragam latar belakang.
Dunia kembali memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap 8 Maret. Tahun 2023 ini menandai peringatan yang ke-111 tahun, sejak pertama kali gerakan ini dideklarasikan. Kala itu, lebih dari 1 juta perempuan dan laki-laki berunjuk rasa mengampanyekan hak-hak perempuan atas pekerjaan, memilih, dilatih, memegang jabatan publik, serta mengakhiri diskriminasi.
Mengutip dari laman International Women’s Day, Hari Perempuan Internasional diperingati dengan tujuan merayakan capaian-capaian kaum perempuan, edukasi dan meningkatkan kesadaran atas kesetaraan perempuan, ajakan untuk perubahan positif bagi kemajuan perempuan, lobi untuk mempercepat paritas gender, serta penggalangan dana bagi yayasan amal yang berfokus pada perempuan.
Gerakan 8 Maret ini terus bertumbuh merangkul para pendukung melalui tema-tema tertentu untuk mengajak banyak pihak bergabung dalam aksi kolaboratif. Tahun 2023, Hari Perempuan Internasional mengangkat tema Embrace Equity, slogan yang menandai transformasi gerakan perempuan dunia.
Baca juga: Love Mangrove, Cintai Mangrove, Menjaga Sabuk Borneo
Baca juga: Menjaga Pesisir Borneo dengan Borneo Mangrove Action: Tebar Pesan Love Mangrove
Embrace Equity, Momentum Transformasi Ideologi di Hari Perempuan Internasional 2023
Upaya mendekonstruksi fenomena ketimpangan sosial bernama ketidakadilan gender mustahil berhenti pada affirmative action. Mansour Fakih mengidentifikasi lima bentuk ketidakadilan gender, yakni marjinalisasi, subordinasi, stereotyping (stigmatisasi), multi-beban (burden), dan kekerasan (violence).
Dalam perspektif gender, ketidakadilan itu berakar dari ideologi gender, sebuah konstruksi pandangan yang melihat posisi satu jenis kelamin memiliki peran gender berbeda dari yang lain.
Affirmative action baru memberikan kesempatan bagi kelompok marjinal untuk ikut ambil bagian. Tindakan ini belum memberikan kepastian keadilan bagi perempuan dan kelompok marjinal untuk memberikan kontribusi aktif di ruang publik.
Sebagai contoh, saat ini terdapat 120 orang perempuan yang menjadi anggota DPR RI hasil Pemilu legislatif 2019. Jumlah ini baru mencapai 20,87% dari total 575 orang wakil rakyat di Senayan (Kusnandar, 2022). Artinya, kebijakan afirmasi dalam pencalonan pun tidak berdampak pada tercapainya 30% jumlah wakil rakyat perempuan.
Cakra Wikara Indonesia (CWI) menyebut bahwa politik afirmasi ini cenderung bertujuan sekedar memenuhi syarat administratif mengikuti pemilu bagi partai-partai. Dalam laporan yang berjudul Menyoal Data Representasi Perempuan di Lima Ranah (2018), mereka menyebut pencalonan perempuan oleh partai politik hanya sekadar sebagai pemenuhan syarat jenis kelamin tanpa memandang potensi, perspektif dan kapasitasnya bagi fungsi-fungsi perwakilan di DPR (Parhani, 2020).
Fakta itu mengindikasikan adanya reduksi dalam paradigma kesetaraan gender, ketika identitas gender dipahami semata-mata identitas tubuh – seperti halnya di bidang politik tersebut. Padahal gender tidaklah berbicara mengenai jenis kelamin semata, tak juga hanya menyoal angka representasi satu kelompok jenis kelamin tertentu. Masih ada tantangan relasi kuasa yang harus diatasi agar bias-bias ketidakadilan dan reduksi paradigmatik terkikis.
Fenomena itu juga berlangsung dalam dimensi kehidupan yang lain. Notabene formasi konstruksi sosial seperti ini memang sudah ada sejak lama. Embrace Equity menjadi semboyan untuk mencegah reduksi paradigmatik serupa terjadi dan membesar. Di sini, Embrace Equity menandai transformasi ideologi dalam paradigma gender.
Setiap individu memiliki latar belakang dan berasal dari tempat yang berbeda, perlu equity (baca: keadilan) agar masing-masing individu dapat melahirkan inklusi dan rasa memiliki yang sejati. Embrace Equity dimaksudkan mendorong pembahasan penting, bahwa peluang yang setara tidaklah cukup. Kesetaraan pun tak berarti adil.
Baca juga: Hari Perempuan Internasional 2016
Baca juga: 5 Tuntutan Serumpun di Hari Perempuan Internasional 2016
Dari Kesetaraan Menuju Keadilan
Kamus Cambridge mendefinisikan equity sebagai the situation in which everyone is treated fairly according to their needs and no group of people is given special treatment (Cambridge Dictionary, n.d.), yakni keadaan ketika setiap orang diperlakukan secara adil sesuai dengan kebutuhannya dan tidak ada sekelompok orang yang diberikan perlakuan istimewa.
Senada, International Women’s Day menyebut kesetaraan diartikan sebagai setiap individu atau kelompok diberikan sumberdaya atau kesempatan yang sama. Sementara equity diartikan sebagai mengakui setiap orang memiliki keadaan yang berbeda, sehingga perlu mengalokasikan sumberdaya dan peluang yang tepat dibutuhkan untuk mencapai hasil yang setara. Konsep ini mirip dengan gagasan keadilan.
Keadilan memiliki dua definisi universal, yakni meletakkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Pada sebuah kesempatan, Plato menyatakan keadilan sebagai seseorang yang berusaha untuk memperoleh haknya dan melakukan pekerjaan yang sesuai dengan potensi dan kelayakannya. Melalui definisi ini, Plato menekankan aspek proporsionalitas, potensi diri (talenta), dan keharmonisan dalam konsepsi keadilan. Gagasan ini lantas dikenal sebagai keadilan komutatif.
Keadilan melibatkan upaya memahami dan memberikan individu lain kebutuhan (hak) untuk menikmati hidup yang utuh dan sehat (mental maupun fisik). Dalam konteks gender, keadilan berlaku sebagai pijakan untuk menyediakan hak-hak dasar individu atau kelompok tertentu dalam mengakses sumberdaya yang sama, bukan hanya memberikan kesempatan yang setara.
Baca juga: Jejak Perempuan Aktivis: Laili Khairnur
Baca juga: Ini 5 Masalah Utama Perlindungan Hutan di Indonesia
Peran Perempuan Tapak, Ketika Hak Itu Diserahkan
Berdasarkan perspektif ekofeminisme, perempuan memiliki hubungan interelatif dengan alam. Distribusi pengetahuan yang adil bagi para perempuan ini akan berimplikasi pada keterjagaan alam dan kelahiran sosok-sosok perempuan penggagas perubahan sosial. Injeksi narasi baru terhadap mereka akan mengamplifikasi peran perempuan dalam memperkuat relasi yang sudah ada.
Setidaknya terdapat tiga peran strategis perempuan di tingkat tapak. Pertama, perempuan berperan menjaga peradaban masyarakat. Cerita para perempuan penenun tradisional di banyak daerah cukup menyajikan bukti peran mereka dalam mencatat sejarah peradaban di sana. Pengetahuan tradisional itu mereka jaga untuk merajut sulaman peradaban dengan sangat apik dan indah.
Kedua, telah sejak lama perempuan menjaga ketersediaan pasokan pangan bagi warga kota. Tidak hanya itu, mereka pula yang memastikan pangan lokal tetap dapat dikonsumsi dan ditemui hingga kini. Pangan lokal itu tak mungkin tersedia tanpa terjaganya sumber-sumber lokal.
Baca juga: Tanam 50 Mangrove dengan Metode Selongsong, Menjaga Ekosistem Mangrove Berbasis Local Knowledge
Baca juga: Media Sosial, Masyarakat Sipil, dan Panopticon Digital
Ketiga, perempuan memiliki perspektif keberlanjutan (sustainability). Melalui kacamata itu mereka berjuang menjaga keberlangsungan alam dan keluarga mereka. Dengan tangan-tangan sucinya, mereka bahkan rela memilah dan memilih sampah-sampah – yang oleh sebagian pihak dianggap tak bernilai. Sampah tersebut lantas diolah menjadi produk baru bernilai ekonomi. Tujuannya sederhana: menjaga alam dan memperoleh manfaat ekonomi demi keluarga.
Keadilan bukanlah cita-cita hampa. Ia adalah prasasti abadi yang tidak hanya diukir, tapi juga ditegakkan. Dengan keadilan, inklusi yang sejati dapat terwujud, sehingga setiap individu dapat saling rangkul meskipun beragam latar belakang. Selamat memperingati Hari Perempuan Internasional! Let’s all fully #EmbraceEquity.
View this post on Instagram
Referensi Artikel Hari Perempuan Internasional 2023
The Annie E. Casey Foundation. (2020, August 24). Equity vs. Equality and Other Racial Justice Definitions. The Annie E. Casey Foundation. Retrieved March 8, 2023, from https://www.aecf.org/blog/racial-justice-definitions
Cambridge Dictionary. (n.d.). EQUITY | English meaning – Cambridge Dictionary. Cambridge Dictionary. Retrieved March 8, 2023, from https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/equity
Ghazali, S. M. (2017, February 25). Keadilan Dalam Perspektif Allamah Murtadha Muthahari. Ikmal Online. Retrieved March 8, 2023, from http://ikmalonline.com/keadilan-dalam-perspektif-allamah-murtadha-muthahari/
International Women’s Day. (n.d.). IWD: History of International Women’s Day. International Women’s Day. Retrieved March 8, 2023, from https://www.internationalwomensday.com/Activity/15586/The-history-of-IWD
International Women’s Day. (2023). International Women’s Day 2023 campaign theme: #EmbraceEquity. International Women’s Day. Retrieved March 8, 2023, from https://www.internationalwomensday.com/Theme
International Women’s Day. (2023). IWD: Equality versus Equity: What’s the difference as we #EmbraceEquity for IWD 2023 and beyond? International Women’s Day. Retrieved March 8, 2023, from https://www.internationalwomensday.com/EquityEquality
Kusnandar, V. B. (2022, June 20). Tren Jumlah Anggota DPR RI Perempuan Kian Meningkat. Databoks. Retrieved March 9, 2023, from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/20/tren-jumlah-anggota-dpr-ri-perempuan-kian-meningkat
Oxford Learner’s Dictionaries. (n.d.). equity_1 noun – Definition, pictures, pronunciation and usage notes | Oxford Advanced American Dictionary at OxfordLearnersDictionaries.com. Oxford Learner’s Dictionaries. Retrieved March 8, 2023, from https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/american_english/equity_1
Parhani, S. (2020, December 3). jumlah perempuan di dpr 30% kuota perempuan partai politik. Women Lead – Magdalene. Retrieved March 8, 2023, from https://womenlead.magdalene.co/2020/12/03/jumlah-perempuan-di-dpr-belum-30-persen/
Penulis: Mohammad Reza, Knowledge Management and Communications Perkumpulan Gemawan.