Lembaga Gemawan dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak menggelar pelatihan menulis, Sabtu (04/03/2023). Kegiatan ini menyasar kalangan milenial untuk lebih peduli terhadap lingkungan, khususnya ekosistem mangrove di daerah pesisir.
Pelatihan ini dimaksudkan untuk menyampaikan pentingnya upaya perlindungan kawasan pesisir melalui berbagai aksi yang sesuai dengan minat mereka.
Aksi Love Mangrove untuk Menjaga Kawasan Pesisir
Kampanye menjaga lingkungan di media sosial melalui tulisan, dianggap membantu memberikan informasi signifikansi mangrove kepada masyarakat luas.
“Mereka bisa menyebarkan pesan-pesan pentingnya menjaga mangrove melalui sebuah artikel, foto dan lain-lain. Mangrove itu punya peran peting,” kata Ridho Faizinda, Deputi Direktur Lembaga Gemawan.
Lembaga Gemawan melihat beberapa kawasan pesisir Kalimantan Barat mengalami erosi. Perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak.
“Mangrove itu tanaman yang penting untuk wilayah pesisir. Anak muda bisa berpartisipasi. Mereka bisa ikut berbagai kegiatan, menanam pohon mangrove misalnya,” terang Ridho Faizinda.
Baca juga: Love Mangrove, Cintai Mangrove, Menjaga Sabuk Borneo
Baca juga: Menjaga Pesisir Borneo dengan Borneo Mangrove Action: Tebar Pesan Love Mangrove
Program Aksi Jaga Pesisir (SIGAP) Gemawan yang berjalan saat ini dilakukan di Desa Sungai Bakau Kecil, Mempawah.
“Penanaman pohon mangrove dengan metode selongsong. Bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari masyarakat, pembuat konten, AJI dan berbagai pihak lain,” kata Ridho Faizinda.
Dengan adanya perilaku peduli terhadap lingkungan, khususnya daerah pesisir, diharapkan dapat merehabilitasi kondisi pesisir yang kritis saat ini.
“Lahan yang kritis ini bisa direhabilitasi. Agar masyarakat pesisir dapat penghidupan yang baik dari adanya pohon mangrove,” harap Ridho Faizinda.
Menurut Ridho, mangrove yang tumbuh dengan baik akan menjadi rumah bagi habitat udang dan kepiting yang bisa dikonsumsi masyarakat.
Saat ini, menurut Ridho Faizinda, kawasan pesisir harus mendapat perhatian khusus. Dia mengatakan, banyak lahan pesisir yang telah mengalami abrasi dan erosi.
Ridho Faizinda juga menyebut, kalau erosi dan abrasi tidak segera diatasi, maka akan berdampak buruk bagi kehidupan. Menurut dia, semua pihak harus ambil bagian, tidak hanya masyarakat sekitar.
“Perlu kerja sama semua pihak. Menyebarkan pesan bahwa terjadi bencana di kawasan pesisir, perlu banyak pihak untuk mengatasi,” tutup Ridho Faizinda.
Baca juga: Dua Langkah Strategis Menjaga Mangrove: Collaborative Efforts and Collective Action!
Baca juga: Sirup Gedabu dan Dodol Nipah, 2 Inovasi Mangrove dari Tangan Perempuan Bumi Bertuah
Abrasi di Pesisir Kalimantan Barat
Sementara, Ketua Dewas (Dewan Pengawas) SIEJ (Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia), Andi Fachrizal menyebutkan, telah terjadi abrasi yang hebat dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
“Kalu kita lihat dari citra satelit, di daerah sepok laut Kubu Raya, itu terjadi abrasi yang hebat,” kata Andi Fachrizal.
Andi Fachrizal menyebut, daratan telah terkikis oleh air sejauh 400 meter. Ini terjadi akibat dari aktivitas masyarakat itu sendiri.
“Masyarakat membuat tambak, misalnya. Ini aktivitas dari bertahan hidup, mencari ruang untuk bertahan hidup,” kata Andi Fachrizal.
Meski demikian, Rizal menyebut telah dilakukan berbagai upaya perbaikan, namun di anggap belum maksimal. Menurut Rizal, perlu upaya lebih untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pentingnya pohon magrove di tanam pada kawasan pesisir.
Baca juga: Tanam 50 Mangrove dengan Metode Selongsong, Menjaga Ekosistem Mangrove Berbasis Local Knowledge
Baca juga: Media Sosial, Masyarakat Sipil, dan Panopticon Digital
Upaya Bersama Menjaga Ekosistem Kawasan Pesisir
“Kalau masyarakat paham, dia akan betul-betul menjaga mangrove. Mangrove itu mampu menahan erosi, abrasi dan mampu menahan badai,” terang Andi Fachrizal.
Kampanye ini perlu dilakukan, selain itu Rizal juga mengatakan, pohon mangrove juga mempunyai fungsi biologis yang penting bagi ekosistem makhluk hidup.
“Di situ tempat ikan berkembang, tempat burung hinggap, daunnya rindang. Tempat plangton hidup dan menjadi tempat rantai makanan,” kata Andi Fachrizal.
Dengan adanya pohon magrove yang subur di pesisir, selain menjaga ekosistem, dapat pula menjadi alternatif pundi Rupiah bagi masyarakat pesisir.
Baca juga: Mengisi Ruang di Media Sosial
Baca juga: Ini 5 Masalah Utama Perlindungan Hutan di Indonesia
“Masyarakat bisa menangkap ikan di situ, menangkap kepiting. Sehingga keberlangsungan ekosistem tetap terjaga,” tutup Andi Fachrizal.
Dengan pelatihan menulis yang diberikan kepada generasi muda, diharapkan dapat mengkampanyekan untuk menjaga lingkungan. Keberlangsungkan ekosistem khususnya menjaga pesisir dari erosi dengan penanaman dan perkembakbiakan pohon mangrove.
Pemahaman lingkungan penting untuk generasi penerus, sebeb mereka yang akan menikmati kondisi alam di masa mendatang, baik itu kondisi baik maupun buruk.(*)
Sumber: Warta Pontianak, dirilis kembali dengan beberapa penyesuaian.
Simak video kampanye #LoveMangrove berikut ini: