Ketua Divisi Perempuan Gemawan, Siti Rahmawati, menuturkan kegiatan ini untuk mengevaluasi dan memperkuat, serta menyusun langkah strategis kelompok perempuan ke depan. “Sumberdaya alam yang kaya ini harus mampu dikelola dan menjadi sumber penghidupan masyarakat marjinal,” ujarnya.
Serikat Perempuan Kabupaten Mempawah (SPKM) terbentuk pada tahun 2021 silam, hasil inisiasi 7 (tujuh) kelompok perempuan yang tersebar di sejumlah desa. 20 orang peserta dari perwakilan kelompok perempuan terlihat antusias dalam kegiatan yang mengangkat tema Konsolidasi dan Evaluasi Serikat Perempuan Kabupaten Mempawah yang diselenggarakan Gemawan pada Selasa (11/11/2022).
Baca juga: 2 Hari Pelatihan, Bentuk Serikat Perempuan Kabupaten Mempawah untuk Perempuan Mampu Berdaya
Baca juga: Hermawansyah, Akuntabilitas Partai Politik: Kepentingan Konstituen versus Oligarki
“Peserta yang hadir adalah perwakilan kelompok perempuan di 5 desa, yakni Wajok Hilir, Jungkat, Bumbun, Amawang, dan Sekabuk,” kata Lani di sela-sela kegiatan yang dilaksanakan di Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah.
Koordinator Community Organizer (CO) Gemawan di Mempawah dan Kubu Raya, Lani Ardiansyah, mengatakan kegiatan ini sebagai upaya untuk menjaga asa kemandirian kelompok perempuan dalam pengelolaan sumberdaya alam. “Kita sangat berhadap SPKM dapat memperkuat posisinya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di berbagai lini, tidak hanya dalam pengelolaan sumberdaya alam,” jelas Ucup, sapaan hariannya.
Kegiatan ini turut dihadiri Pemerintah Desa Sekabuk, yakni perwakilan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Sekretaris Desa Sekabuk. Sekretaris Desa Sekabuk, Kasmin, menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. “Saya berterima kasih dan apresiasi kepada kelompok perempuan yang tergabung dalam Serikat Perempuan Kabupaten Mempawah, semoga dapat mengikuti dengan baik hingga selesai,” harapnya.
Baca juga: Mangrove Action: Uji Coba Petakan Kawasan Mangrove dengan Drone
Hal serupa disampaikan anggota BPD Sekabuk, Bachtiar Giok, yang mengapresiasi pertemuan kelompok perempuan di desanya. Ia menyoroti kekerasan terhadap perempuan yang sekarang sering terjadi.
“Banyaknya kekerasan terhadap perempuan menjadi pukulan dan pengingat akan pentingnya perlindungan serta kesadaran akan keadilan gender, berkaitan dengan itu saya sangat mendukung perjuangan keadilan gender,” tuturnya.
Perkuat Perempuan Menjaga Sumber Penghidupan
Ketua Divisi Perempuan Gemawan, Siti Rahmawati, menuturkan kegiatan ini untuk mengevaluasi dan memperkuat, serta menyusun langkah strategis kelompok perempuan ke depan. “Sumberdaya alam yang kaya ini harus mampu dikelola dan menjadi sumber penghidupan masyarakat marjinal,” ujarnya.
Ia juga berharap setiap produk yang dikelola kelompok perempuan dapat menjadi produk unggulan di desanya masing-masing. “Kekhasan produk kelompok ini bisa muncul berdasarkan inovasi yang kita miliki. Internet bisa kita gunakan untuk menemukan gagasan inovasi produk olahan kita,” terangnya.
“Kabupaten Mempawah memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat berlimpah, tentu saja hal tersebut harus mampu diolah hingga memiliki nilai ekonomi tembahan. Apalagi di Kecamatan Sadaniang, yang menjadi Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN, Editor), tentu komunitas masyarakat bisa mengaktualkan potensi itu untuk menciptakan sumber penghidupan baru,” tutupnya.
Mengutip dari laman Pontianak Post, Pemerintah pusat telah menetapkan Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah menjadi salah satu dari enam wilayah di Indonesia yang masuk dalam program Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN). Hal itu diresmikan langsung Direktur Jenderal (Dirjen) Pembangunan Kawasan Perdesaan, Kemendes PDTT dan Transmigrasi RI, Ir. Harlina Sulistyorini, MSi, pada Kamis (5/9/2019).
KPPN merupakan kawasan perdesaan potensial dengan komoditas unggulan tertentu. Program KPPN bertujuan mempercepat pemerataan pembangunan nasional dengan mengangkat ekonomi di desa-desa tertinggal dan berkembang. Program ini merupakan implementasi dari salah satu Nawacita Presiden Joko Widodo, yakni membangun Indonesia dari pinggiran.
Gemawan di KPPN Sadaniang
Gemawan beraktivitas di kawasan Sadaniang sejak 2017 melalui program Village for People: An Initiative of Community Participation Toward Sustainable Livelihood and Ecological Justice in West Kalimantan. Untuk memperkuat komunitas marjinal di sini, Gemawan mengimplementasikan sejumlah aktivitas pengelolaan sumber penghidupan, seperti pemetaan partisipatif batas desa, hingga pengembangan demontration plot (demplot) padi hitam dan padi merah.
Demplot padi hitam dan padi merah itu dikembangkan secara organik oleh kelompok perempuan yang diinisiasi Gemawan. Untuk bibit padi hitam diperoleh dari kelompok perempuan mitra Gemawan di Kabupaten Sintang. Sejak itu, sudah beberapa kali masyarakat memanen padi hitam dan padi merah yang dikelola secara organik ini.
Terakhir Gemawan mengembangkan silvofishery di Desa Sekabuk sebagai alternatif sumber penghidupan warga. Metode ini dilakukan di kawasan Hutan Desa Sekabuk yang telah memperoleh persetujuan pengelolaan program Perhutanan Sosial dari Pemerintah Indonesia.
Penulis: Ageng, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Pontianak, internship di Gemawan
Editor: Muhammad Yamin A. P.