Social Innovator dari Kayong Utara

Meski hanya mampu menempuh pendidikan formal hingga kelas 1 SMP, hal itu tak melemahkan semangat Dartin untuk mencerap pengetahuan dari alam. Itu telah dibuktikan social innovator perempuan dari Kayong Utara ini.

  • Tahun 2021, Gemawan menginisiasi pembentukan Kelompok Perempuan Delima di Desa Podorukun, beranggotakan 12 orang perempuan. Kini berjumlah sekitar 17 orang perempuan petani Podorukun.
  • Kelompok ini mengelola sumber penghidupan dan menghasilkan beberapa produk turunan. Pada tahun 2022, mereka mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan sertifikasi halal dari MUI Kalimantan Barat untuk 3 produk olahan yang dikelola Kelompok Perempuan Delima, yakni keripik pisang, keripik singkong, dan keripik keladi.
  • Semula Dartin hanya mengelola demplot seluas ¼ hektar lahan. Kini sudah lebih dari ½ hektar yang ia kelola.
  • Dartin mengajarkan praktik pengelolaan lahan berkelanjutan di hadapan siswa SMP Negeri 1 Seponti.

Dartin (49), perempuan petani asal Desa Podorukun, Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara (KKU), telah lama menggeluti aktivitas pertanian sebagai sumber penghidupan keluarganya. Sejak suaminya meninggal dunia, ia menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi diri dan tiga orang anaknya.

Ia datang ke Kayong Utara – saat itu masih bergabung dengan Kabupaten Ketapang – tahun 1984 melalui program transmigrasi di era Orde Baru. Dari Jawa Timur, ia bersama rombongan dari berbagai daerah datang ke wilayah yang kelak dikenal dengan nama Podorukun.

Desa Podorukun memiliki kekayaan pertanian berlimpah. Di atas hamparan alam yang didominasi gambut, warga Podorukun mengembangkan padi, sayuran, buah-buahan, serta jengkol dan kopi. Kopi liberika yang khas pun banyak dikembangkan di Podorukun. Mayoritas kebutuhan pangan Kayong Utara juga berasal dari daerah ini.

Baca juga: Pelatihan Fasilitasi SIGMA 2022, Lahirkan Social Innovator untuk Borneo KITA

Makin hari, banyak warga yang meninggalkan budidaya hortikultura di Podorukun. Lansekapnya yang rentan banjir menyebabkan sebagian mereka beralih mengembangkan sawit. Jika hujan turun terus-menerus, seketika banjir datang. Demikian pula bila masa pasang air laut, tanahnya akan cepat tergenang.  

Bersama Delima, Ketika Social Innovator Mengorganisir Diri
Social Innovator | Dartin, sosok perempuan social innovator dari Kayong Utara, saat menjadi narasumber di Desa Banyu Abang, Kayong Utara.
Social Innovator | Dartin, sosok perempuan social innovator dari Kayong Utara, saat menjadi narasumber di Desa Banyu Abang, Kayong Utara.

Dartin bergabung dalam Kelompok Perempuan Delima di Desa Podorukun, yang diinisiasi Gemawan pada Januari 2021 silam. Di awal pembentukan, kelompok ini beranggotakan 12 orang perempuan petani, termasuk Dartin. Perlahan, anggota Delima bertambah menjadi sekitar 17 orang.

Ghirah yang meredup pasca ditinggal mendiang suaminya perlahan memancar dari diri Dartin.  Ketika bergabung dengan kelompok perempuan ini, semangatnya timbul karena seperti menemukan keluarga baru. Selain dapat bersilaturahmi dengan rekan-rekannya sesama perempuan petani, ia merasa pengetahuannya juga bertambah.

Baca juga: 25th BIMP-EAGA, Ajang Kenalkan Produk Masyarakat hingga Tingkat Internasional

“Sepanjang hidup, ini pertama kalinya saya bergabung dengan kelompok,” ujar Dartin. Ia sangat awam mengenai organisasi, sehingga sempat tidak percaya diri. Perlahan, ketidakpercayaan diri itu sirna. Serangkaian kegiatan yang diikutinya bersama Delima membangkitkan semangat baru dalam diri perempuan ini. 

Delima yang Bersemi

Setiap bulannya dilaksanakan pertemuan rutin kelompok. Tujuannya untuk mempererat silaturahmi antar anggota kelompok serta membahas berbagai topik yang selaras dengan kebutuhan kelompok dan anggota. Biasanya ide-ide segar lahir dan dirancang menjadi program kelompok. Dari pertemuan ini pula lahir keberanian dan kepercayaan diri para perempuan untuk mengemukakan gagasan di depan khalayak. Dartin salah satunya. 

Banyak kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas. Di masa pandemi Covid-19, misalnya, kelompok belajar menggunakan aplikasi rapat online agar anggota tetap bisa mengakses pengetahuan. Gemawan bersama kelompok juga menginisiasi peningkatan kapasitas berbasis kekuatan dan potensi yang ada. Berdasarkan kesepakatan, kelompok mempraktikkan pengolahan kerupuk dan emping jengkol, praktik pembuatan dodol nanas, pembuatan pupuk organik F1-Mbio, pelatihan pembuatan label menggunakan aplikasi, pemasaran digital melalui media sosial, serta pelatihan pembuatan perizinan secara online

Baca juga: Tingkatkan Produk Kelompok, Gemawan Gelar Workshop Peningkatan Kapasitas Produk 28 Kelompok Serumpun

Oleh Gemawan, mereka difasilitasi dalam Pelatihan Kepemimpinan dan Workshop Perlindungan Lahan Berbasis Komunitas. Mereka juga didampingi untuk mengikuti Pelatihan Perizinan dan Sosialisasi Keamanan Pangan dari Dinas Perdagangan KKU; Pelatihan Manajemen Pemasaran Produk Unggulan Produksi dan Pengolahan Tingkat Provinsi Kalimantan Barat; serta beragam kegiatan lain.

Social Innovator Perempuan dari Podorukun
Melahirkan Social Innovator | Kader SL Praktik Pembuatan Pupuk di Lahan Gambut
Bersama Social Innovator | Dartin saat menjadi narasumber pada kegiatan Sekolah Lapang.

Aktivitas yang dijalani berdampak bagi Dartin. Tak dinyana, ia menjadi penggerak rekan-rekannya untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini. Pembuatan pupuk dan anti hama organik, misalnya, ia perkenalkan ke sesama sejawat. Suatu waktu, ia diundang menyampaikan materi serupa di hadapan lebih dari 30 orang siswa SMP Negeri 1 Seponti. Tanpa ragu ia sampaikan pengetahuannya kepada generasi muda.

“Pelatihan yang diberikan Gemawan sangat bermanfaat. Semangat saya tumbuh. Dulu saya hanya mengelola ¼ hektar, tapi kini lebih dari ½ hektar yang saya kelola dengan memanfaatkan pelajaran yang diperoleh dari Gemawan,” ujar Dartin. Pupuk organik serta pembasmi hama alami yang ia buat itu diterapkan di lahannya. Dengan metode yang berkelanjutan ia kembangkan cabai, mentimun, kacang panjang, kangkung, daun bawang, dan sawi. Demi mengatasi ancaman banjir yang kerap datang, ia harus bekerja ekstra untuk meninggikan lahan demonstration plot (demplot) miliknya.

Baca juga: Diskusi Buku Hidup Bersama Raksasa: Laporan Hasil Riset 5 Tahun tentang Dominasi Perkebunan Sawit

Di sebuah kesempatan, staf Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Podorukun mengajak Dartin berkolaborasi. Padahal Dartin bukanlah kelompok tani (poktan), bukan pula kelompok tani binaan dinas terkait. Ia tak menampik ajakan staf PPL mengembangkan bawang merah di lahannya.

Dartin terus mengasah kreasi. Ia mengajak rekan-rekannya mengolah komoditas yang keberadannya sangat melimpah di Kecamatan Seponti, yakni jengkol. Komoditas ini dijadikan kerupuk jengkol dan emping jengkol. Saat ini paling tidak sudah ada dua kelompok perempuan yang telah mengembangkan produk turunan jengkol.  Penjualannya juga sudah merambah ke luar Kalimantan. Berkat kegigihannya pada bidang satu ini, Dinas Perdagangan KKU membantu proses pengajuan sertifikasi halal. 

Kini ia sering diminta menjadi pembicara tamu pada berbagai pelatihan pengolahan industri rumah tangga, dari tingkat desa hingga provinsi. Teranyar, ia menjadi pembicara pada kegiatan peningkatan kapasitas kelompok di Kabupaten Melawi.

“Ini tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Bisa berbicara di hadapan banyak orang, meski ia bukanlah seorang yang berpendidikan tinggi,” ucapnya. Gemawan, menurut Dartin, telah membawanya melangkah ke jenjang yang paling bersejarah dalam hidupnya.

Alam memberikan pelajaran bagi Dartin. Kata pepatah, “Alam merupakan ibu bagi setiap orang, karena ia mampu menjadi sekolah yang mengajarkan anak-anaknya tentang berbagai kehidupan untuk memberikan semangat baru.” Meski hanya mampu menempuh pendidikan formal hingga kelas 1 SMP, hal itu tak melemahkan semangat Dartin untuk mencerap pengetahuan dari alam. Itu telah dibuktikan social innovator perempuan dari Kayong Utara ini.

Penulis: Maulisa, pegiat Gemawan

Dartin, Potret Social Innovator Perempuan dari Kayong Utara
Tag pada: