Kelompok perempuan mitra Gemawan kenalkan produk beras hitam Organik Sagu

Aswatiah (47) bersama para perempuan di Desa Sagu memanfaatkan ruang-ruang hidup yang ada di desanya sebagai sumber penghidupan, tempat untuk interaksi sosial hingga menjaga tradisi dan kearifan lokal. Meski memiliki peran yang sangat besar dalam menjaga, mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam tersebut, namun para perempuan di desa ini masih sangat jarang dilibatkan dalam agenda-agenda strategis desa.

  • Berdiri tahun 2020 oleh 10 orang perempuan petani Sagu, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas;
  • Mengembangkan 3 demonstration plot (demplot) untuk padi hitam, tanaman obat, dan sayuran;
  • Beras hitam menjadi produk unggulan Desa Sagu pasca panen perdana yang dilakukan tahun 2021;
  • Tahun 2022 kelompok memperoleh Surat Keputusan dari Pemerintah Desa Sagu tentang pembentukan kelompok;
  • Saat ini anggota kelompok sudah bertambah menjadi 20 orang perempuan petani.

Desa Sagu berada dalam wilayah Kecamatan Galing, Sambas. Kecamatan Galing memiliki posisi strategis secara geopolitik, karena berbatasan darat dengan Malaysia Timur. Peresmian Pos Lintas Batas Negara (PLBN) oleh Presiden Joko Widodo di tahun 2017 lalu membuka gerbang ekonomi baru antar komunitas di dua negara bertetangga. Aspek strategis ini melatarbelakangi pentingnya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia di perbatasan.

Pada pertengahan tahun 2020, sebanyak 10 orang perempuan di Desa Sagu mendeklarasikan diri membentuk kelompok perempuan. Di awal pembentukannya, para anggota sempat ragu untuk berkelompok. Mereka beralasan tidak pernah ikut organisasi apapun di desa, selain pengajian. Tak hanya itu, masyarakat, bahkan pemerintah desa, bersikap skeptis dengan pembentukan kelompok ini. Mereka berasumsi bahwa kelompok akan bubar hanya dalam hitungan bulan saja.

Pandangan sebelah mata inilah yang akhirnya menjadi motivasi para perempuan untuk berkelompok. Nama kelompok ini adalah Daun Piawas, diambil dari nama tanaman obat yang ada di desa tersebut. Mereka berharap kelak dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Aswatiah, biasa disapa Ngah Wati, dipercaya menjadi Ketua Daun Piawas.

Seiring pendampingan intensif yang dilakukan Gemawan, para anggota kelompok mulai menikmati peran dan dinamika berorganisasi. Pertemuan dan diskusi rutin, serta pelatihan-pelatihan dilakukan bersama anggota kelompok dalam rangka meningkatkan kapasitas dan pengetahuan mereka. Perlahan, mereka mulai berani untuk tampil dan menyampaikan pendapat.  

Baca juga: Perwakilan Kelompok Perempuan Daun Piawas Kenalkan Beras Hitam Organik ke Pemkab Sambas

Inovasi Perempuan Petani dari Demonstration Plot Pertanian
Inovasi Perempuan | Aswatiah (tengah) saat mengenalkan produk beras hitam yang dikembangkan Kelompok Perempuan Daun Piawas ke Pemerintah Kabupaten Sambas. Gambar: Wanti A.

Kelompok Daun Piawas mengelola demplot (demonstration plot) padi hitam, toga (tanaman obat keluarga) dan sayuran. Di setiap demplot ini mereka kelola secara ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar mereka, terutama untuk membuat anti hama dan pupuk organik. Mereka memilih mengembangkan padi hitam karena melihat peluang ekonomi dari jenis padi ini. Demplot padi hitam ini juga menjadi sarana mereka belajar menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam pelatihan.

Bibit padi hitam yang dikembangkan ini mereka peroleh dari kelompok perempuan mitra Gemawan di Kabupaten Sintang Demplot sayur dimanfaatkan kelompok untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga terlebih dahulu. Jika masih ada kelebihan hasil panen, akan mereka jual untuk mengisi kas kelompok.

Pada Januari 2021, Kelompok Daun Piawas melakukan panen perdana padi hitam, dihadiri oleh Camat Galing, Kepala Desa, dan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan. Kegiatan panen ini menjadi perhatian karena ini pertama kalinya mereka mendengar padi hitam berhasil dibudidayakan di desa ini. Tak ayal, beras hitam ini pun menjadi salah satu produk unggulan desa. 

Baca juga: Panen Perdana Padi Hitam di Desa Sagu

Menyemai Asa Perubahan
Kelompok Perempuan Daun Piawas bersama Pemerintah Desa Sagu dan Gemawan.

Bak cambuk penyemangat, keberhasilan ini semakin memotivasi kelompok untuk terus berkembang. Mereka mulai menambah luasan lahan demplot padi hitam, dan memasarkan produk beras hitam mereka hingga lintas kabupaten. Kelompok juga mulai membuat dan mengembangkan produk turunan dari bahan-bahan lokal, seperti membuat serbuk jahe dan camilan dari pepaya. 

Melihat keberhasilan dan ketekunan kelompok, Pemerintah Desa Sagu mulai melibatkan Kelompok Daun Piawas dalam kegiatan-kegiatan yang ada di desa. Mereka juga menerbitkan SK Desa Sagu tentang pembentukan kelompok sebagai bentuk pengakuan akan keberadaan kelompok ini. Pemerintah desa juga telah memberikan bantuan berupa peralatan penunjang untuk membantu kelompok mengelola demplot dan usaha mereka. Kini kelompok perempuan Daun Piawas bahkan mendapat prioritas dalam penganggaran dana desa untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat.

“Kalau Kelompok Daun Piawas, kami tidak ragu untuk menganggarkan dan memberikan (bantuan). Karena kami tahu mereka betul-betul bekerja dan kelihatan hasilnya, meski tanpa bantuan dari siapapun,” ujar Halidin, Kepala Desa Sagu.

 

Penulis: Ridho Faizinda, Deputi Direktur Gemawan bidang Program.

Perempuan Mengorganisir Diri, untuk Mandiri Di Batas Negeri
Tag pada: