Padi Organik yang dikembangkan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Manggala Makmur. Perempuan pejuang pangan menjemur padi hitam dan merah, Sabtu (15 Maret 2024) lalu. Namun, karena hujan, padi yang direncanakan akan langsung digiling menjadi beras terpaksa diangkat.
“Setelah dijadikan beras, baru kita bagikan. Jadi gotong royongnya mulai persiapan lahan, sampai penggilingan, jadi anggota yang bekerja membawa pulang beras,” kata Ketua Manggala Makmur, Ayang Jumaiyah, saat menjumur padi bersama anggota kelompoknya.
Padi yang dijemur ini, kata perempuan yang akrab disapa Ayang, hasil panen padi pada bulan Februari 2024 silam. Penanaman sendiri dilakukan pada bulan November 2023.
Baca juga: Borneo Mangrove Action 2024: Bakau Kecil untuk Sabuk Hijau Borneo
Baca juga: Peroleh Modal Usaha dari Padi Hitam, 14 Anggota Kelompok Perempuan Adakan Pelatihan Keuangan
Penanaman kedua ini, Manggala Makmur menanam di lahan demplot sebelumnya. Mendapatkan gabah kering sekitar 12 karung atau sekitar 600 kilogram. Padi hitam dapat 7 karung lebih, sedangkan padi merah dapat 4 karung lebih. Hasil ini mereka bagikan untuk kelompok, untuk bibit, dan ada yang mereka jual.
“Padi Hitam yang akan dijadikan beras 7 karung, padi merah 4 karung. Lebih-lebihnya kita jadikan bibit untuk penanaman musim tanam selanjutnya,” ungkap Ayang.
Dia pun bersyukur penanaman kedua ini hasilnya lebih banyak dari tanam pertama. Pada tanam pertama, luasnya banyak, tetapi hasil panennya hanya sekitar 300 kilogram gabar kering.
“Ini sama sekali tidak dikasih pupuk, jangankan pupuk kimia, pupuk organik saja tidak dikasih, kami hanya merawat saja. Kalau padi hitam rawatannya sesuai diajarkan Pak Joko, kalau padi merah, kami telat menanam,” terang ibu yang memiliki satu anak ini.
Baca juga: Gelar Sekolah Lapang Ke-2 untuk Petani Persada Melawi: Wadah Kreasi Petani-Peneliti
Baca juga: 2 Hari Helat Sekolah Pemimpin Perempuan untuk KUPS Perempuan
Padi Organik
Dia menyadari, walau hasil banyak, namun masih belum hasil optimal. Kondisi itu membuat Ayang dan Ibu-ibu lainnya penasaran. Mereka pun berencana akan menanam musim Gadu. Hasil panen sudah mereka simpan untuk bibit. Masing-masing setengah karung ukuran 50 kilogram.
“Kita siapkan bibit lumayan banyak, sebab banyak anggota yang menanam di lahan mereka masing-masing. Bahkan, ada orang lain juga yang sudah pesan bibit,” kata Ayang.
Tempat sama, Ketua Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Manggala, Sulaiman mengaku bangga dengan semangat kelompok usaha perempuan Manggala Makmur. Dia dan anggota LPHD pun sering membantu di lapangan.
“Saya pun ikut terinspirasi dengan kelompok perempuan ini, ilmu dari Gemawan sangat bermanfaat bagi kami, saya pun akan membuka sawah juga,” terangnya.
Kebanggan juga disampaikan oleh Pendamping Lapangan Gemawan, Cornelius yang sampai hari ini terus menerus mendampingin kelompok ini. Cornelius pun mengaku semangat ibu-ibu ini membuat dia konsisten untuk terus hadir di tengah-tengah perempuan-perempuan tangguh ini.
“Kalau melihat hasil tentunya masih belum maksimal, namun, semangat ibu-ibu ini hal yang sangat luar biasa dari dampak pendampingian Gemawan. Mudah-mudahan Gemawan bisa melanjutkan program dan menyebar di tempat lain,” kata Laki-Laki yang akrab disapa Su Toi ini.
Penanaman padi organik ini merupakan Program Perempuan Desa Berdaya (Persada) kerjasama Gemawan, Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) dan Ford Foundation telah berakhir 30 Oktober 2023 silam. Namun, 3 kelompok perempuan di Desa Manggala, Desa Landau Garong dan Desa Sungai Bakah masih tetap menanam padi.
Penulis: Sukartaji