Dodol Nipah dan Sirup Gedabu-2

Dari buah gedabu, mereka memproduksi sirup yang dinamai Sirup Buah Gedabu. Sementara buah nipah disulap para perempuan ini menjadi dodol nipah.

Selain menjaga bibir daratan, menyerap karbon, serta berbagai fungsi ekologi lainnya, ekosistem mangrove tertentu juga menghasilkan buah yang bisa diolah dan dikonsumsi. Di antaranya adalah gedabu (Sonneratia alba) dan nipah (Nypa frutican).

Di sepanjang pesisir sungai Desa Masbangun, Kabupaten Kayong Utara, 2 jenis ekosistem mangrove tersebut tumbuh dengan baik. Di kawasan ini pula masyarakat biasa memancing udang dan ikan.

Potensi sumberdaya alam itu yang memantik Kelompok Perempuan Usaha Baru membuat inovasi dari mangrove yang berlimpah di wilayah mereka.

Sejak 3 tahun terakhir, Sartini, ketua kelompok, bersama anggotanya mengelola produk yang berbahan dasar dari gedabu dan nipah.

Kacamata perempuan adalah keberlanjutan. Dengan perspektif itu Sartini berinisiatif mengolah keberlimpahan potensi mangrove Desa Masbangun. Alasannya sederhana, agar memberikan dampak ekonomi bagi anggota dan keluarga.  

Dodol Nipah dan Sirup Gedabu
Mengambil buah nipah | Tangan terampil para perempuan anggota Kelompok Usaha Baru dari Tanah Bertuah Kayong Utara menyulap buah nipah menjadi dodol nipah. Gambar: Istimewa.

Baca jugaDua Langkah Strategis Menjaga Mangrove: Collaborative Efforts and Collective Action!

Baca juga: Mengisi Ruang di Media Sosial

Sirup Gedabu dan Dodol Nipah
Dodol Nipah dan Sirup Gedabu-2
Sirup buah gedabu | Berasal dari buah gedabu, salah satu jenis mangrove yang banyak ditemui di Desa Masbangun. Sepintas buahnya nampak seperti apel. Gambar: Istimewa.

Dari buah gedabu, mereka memproduksi sirup yang dinamai Sirup Buah Gedabu. Sementara buah nipah disulap para perempuan ini menjadi dodol nipah.

Sartini mengatakan, untuk mengolah sirup gedabu dan dodol nipah ini tidak membutuhkan biaya dan tenaga yang berat. Jika memang hendak mengambil buah dalam jumlah yang banyak, barulah mereka meminta bantuan suami. 

“Kalau pesanan banyak, terpaksa kita minta bantu suami untuk memikul buah nipah karena tenaga kita tidak cukup kuat untuk mengangkutnya ke rumah,” ungkap Sartini.

Buah gedabu yang sudah terkumpul akan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian kulitnya dikupas, lantas diiris dan direbus dengan air.

“Kalau sudah mendidih, air sarinya disaring, ditambahkan gula, dan diaduk pelan sampai mendidih dan kental,” jelasnya per tahapan.

Sedangkan untuk dodol nipah, Sartini menjelaskan buah nipah dikupas, kemudian dicuci bersih, selanjutnya di parut.

“Setelah selesai diparut baru ditambahkan santan, gula dan dimasak kurang lebih 4-5 jam tergantung banyaknya adonan, kemudian dimasak hingga adonan menjadi kalis dan selanjutnya dicetak sesuai selera,” paparnya.

Dari pengolahan kedua cemilan ini, Sartini dan kelompoknya sudah merasakan manfaatnya. Pendapatan keluarga mereka bertambah. “Lumayanlah untuk nambah-nambah keperluan sehari-hari, cukuplah,” ujarnya sambil tersenyum simpul. 

Baca juga: Menjaga Pesisir Borneo dengan #BorneoMangroveAction: Menebar Pesan #LoveMangrove

Baca jugaKolaborasi Multi Pihak Aksi Jaga Bumi Tanam Mangrove di Hari Lingkungan Hidup Internasional 2022

Merambah Media Sosial, Kenalkan Sirup Gedabu dan Dodol Nipah ke Nusantara

Sartini dan Usaha Baru sudah memasarkan produk mereka hingga ke Pulau Jawa. Terakhir, untuk dodol, ia mengaku pernah membuat hingga 100-an kg dalam satu bulan. 

“Awalnya kita tawarkan ke orang-orang dekat kita, tetangga, teman, dan ternyata banyak yang suka dengan dodol nipah dan sirup gedabu. Akhirnya kita coba tawarkan lewat media sosial. Alhamdulillah ternyata peminatnya ada,” ungkap Sartini. 

Selain memasarkan produk mereka lewat online, Sartini dan rekan-rekannya juga biasa mengikuti pameran. “Biasanya kita ditawarkan oleh Pemerintah Daerah Kayong Utara dan juga Gemawan untuk mengikuti pameran sehingga produk kita mulai dikenal,” lanjutnya.

Baca jugaIni 5 Masalah Utama Perlindungan Hutan di Indonesia

Baca jugaBorneo Mangrove Action: Uji Coba Petakan Kawasan Mangrove dengan Drone

Love Mangrove: Menjaga Ekosistem Penambat Kehidupan

Gerakan Love Mangrove di Kalimantan Barat

Lebih lanjut Sartini mengungkapkan keinginannya dan rekan-rekan sejawat, untuk tetap menjaga dan melestarikan keberadaan kawasan mangrove yang ada di desa mereka. Para perempuan ini berencana menanam kembali mangrove dan merawatnya dari kerusakan. 

Bagi mereka, mangrove sudah menjadi tambatan bagi keberlanjutan kehidupan. Mangrove adalah tempat para perempuan ini mencatat prasasti cinta mereka terhadap alam.

Penulis: Maulisa

Sirup Gedabu dan Dodol Nipah, 2 Inovasi Mangrove dari Tangan Perempuan Bumi Bertuah
Tag pada: