Suasana saat FGD hasil riset aksi partisipatif di Kayong Utara

Melalui riset aksi partisipatif/ participatory action research (PAR) di Desa Telaga Arum, Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Gemawan berupaya menginisiasi aksi-aksi sosial dari tingkat tapak. Masyarakat di tingkat tapak mampu menjadi inovator aksi-aksi sosial. Tantangannya ada pada mengompilasi dan menstrukturisasi aset-aset yang telah dimiliki untuk mengagregasi gerakan. (Heru Suprihartanto, Programme Manager Lestari Gemawan)

Transformasi sosial di tingkat tapak hanya mungkin terjadi melalui pelibatan kelompok masyarakat dalam proses tersebut. Masyarakat memiliki kearifan lokal dan pengetahuan tradisional sebagai aset utama dalam rangkaian transformasi sosial yang sistematis dan berkelanjutan. Dua aset epistemik itu dapat dikembangkan untuk memantik aksi-aksi transformatif oleh masyarakat itu sendiri.

Karena riset aksi partisipatif atau partisipatory action research (PAR) bertujuan untuk membawa perubahan secara partisipatif, maka keterlibatan masyarakat merupakan faktor penting. Riset model ini harus mampu merekam hamparan pengetahuan tersituasi (situated knowledge) milik masyarakat dan menjadikannya sebagai pemicu transformasi sosial yang berkesinambungan bersama kelompok masyarakat.

Baca juga: Pegiat Gemawan Ikuti Pelatihan Metode Riset Aksi Partisipatif selama 3 Hari

Riset Aksi Partisipatif bersama Kelompok Perempuan

Melalui riset aksi partisipatif di Desa Telaga Arum, Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Gemawan berupaya menginisiasi aksi-aksi sosial dari tingkat tapak. “Kami yakin masyarakat di tingkat tapak mampu menjadi inovator aksi-aksi sosial. Tantangannya ada pada mengompilasi dan menstrukturisasi aset-aset yang telah dimiliki untuk mengagregasi gerakan,” jelas Heru Suprihartanto, Programme Manager Gemawan.

Menurut Heru, riset antropologis ini dilakukan di beberapa wilayah aktivitas Gemawan di Kalimantan Barat, termasuk di Kabupaten Sambas, Sintang, Singkawang, Mempawah, dan Kota Pontianak. “Kami ingin mengetahui potensi perubahan yang ada di tingkat tapak berbasis aset komunitas tersebut,” terangnya.

“Riset aksi partisipatif, secara umum, merupakan etape yang sustainable dari aksi, refleksi, dan melakukan aksi kembali. Pengetahuan-pengetahuan baru yang terungkap akan menyempurnakan aksi-aksi untuk transformasi sosial,” tambahnya.

Di Desa Telaga Arum, riset aksi Gemawan melibatkan 25 orang anggota Kelompok Perempuan Dahlia Jaya. Kelompok ini berdiri pada tahun 2021 silam melalui inisiasi Gemawan, terdiri atas para perempuan yang berlatar belakang petani dan ibu rumah tangga. Dalam kegiatan FGD (focus group discussion) yang dilaksanakan pada Kamis (12/01/2023), anggota Dahlia Jaya secara partisipatif mengulas temuan yang diperoleh para pegiat Gemawan.

Pegiat Gemawan di Kecamatan Seponti, Maulisa, mengungkapkan melalui FGD hasil temuan PAR ini diharapkan kelompok perempuan dapat berbagi pengetahuan dan pengalamannya dalam pengelolaan ruang hidup dan sumber penghidupan. “Pengetahuan peserta FGD sangat membantu untuk memetakan masalah di lingkungan mereka, menggali potensi, serta menganalisis kekuatan untuk membuat perubahan yang lebih baik,” ujarnya.

Baca juga: Pentingnya Perspektif GESI dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam di Kayong Utara

Perspektif GESI dalam Riset Aksi Partisipatif

Maulisa menjelaskan, perspektif yang digunakan dalam riset ini adalah perspektif GESI (gender equality and social inclusion). “Perspektif ini kami gunakan karena perempuan dan kelompok marjinal lainnya sangat rentan mengalami diskriminasi dalam pengelolaan ruang hidup dan sumber penghidupan. Sehingga melalui riset ini kami ingin memperoleh informasi mengenai peran-peran sentral dan strategis perempuan, khususnya, dalam pengelolaan ruang hidup dan sumber penghidupan,” jelasnya.

Suasana saat riset aksi partisipatif di Kayong Utara
Riset Aksi Partisipatif | Para perempuan anggota kelompok sedang uji coba penggunaan drone dalam riset aksi partisipatif yang dilakukan Gemawan di Kayong Utara.

Hasil temuan riset, terang Maulisa, akan dikolaborasikan dengan pengetahuan tradisional dan kearifan lokal para perempuan. “Dalam proses risetnya, kami berkolaborasi dengan para perempuan penjaga Bumi ini, agar pengetahuan mereka dapat tercatat dan menjadi warisan bagi generasi mendatang,” katanya.

Meningkatnya pemahaman kelompok perempuan terhadap ruang hidup dan sumber penghidupan mereka, tambah Maulisa, akan berdampak pada perubahan sosial di desa. “Kami sangat berharap para perempuan ini dapat mengambil peran-peran strategis dalam transformasi sosial di desa,” harapnya.

Para peserta mengungkapkan banyak hal positif yang diperoleh melalui FGD ini. “Melalui dialog, refleksi kritis, belajar bersama, dan menyusun rencana aksi perubahan, kami memperoleh semangat baru,” ucap Waliyah, peserta FGD. 

“Senang sekali Gemawan bisa memfasilitasi kami dalam kegiatan ini, pengalaman saya jadi bertambah, kami bisa membuat peta, mengumpulkan sejarah desa, mengetahui potensi, memetakan masalah, saya juga tadi sempat diajarkan cara wawancara, hal-hal baru semua bagi saya,” ucapnya.

Penulis: Maulisa, pegiat Gemawan

Riset Aksi Partisipatif berperspektif GESI di Kayong Utara, Inisiasi Transformasi Sosial oleh Perempuan Desa
Tag pada: