Karhutla Kalbar 2023

Karhutla ini semakin parah ketika musim panas. Fenomena iklim El Nino juga berkontribusi memperparah dampak musim panas di Kalimantan Barat. Ibukota Kalimantan Barat, Kota Pontianak, tidak luput dari dampak kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di tahun 2023.

Hutan menyediakan sumberdaya berlimpah bagi banyak kehidupan di Bumi. Baik dalam perspektif antroposentris maupun biosentris, hubungan resiprokal ini terjalin. Hutan mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, komoditas yang bersumber dari hutan menunjang manusia sejak lama, demikian pula kemampuan hutan menghasilkan oksigen dan air bagi kehidupan. Dari aspek sosial, interaksi hutan dan manusia bahkan menginspirasi bagi lahirnya peradaban manusia. Selain bagi manusia, hutan juga habitat bagi hewan serta sumber plasma nutfah dan keanekaragaman hayati dalam sebuah ekosistem hutan. 

Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat Pulau Kalimantan, antara garis 2 ̊08’ Lintang Utara dan 3 ̊02’ Lintang Selatan serta di antara 108 ̊30 – 114 ̊10 Bujur Timur pada peta bumi (BPS, 2023). Berdasarkan letak geografis yang spesifik, daerah Kalimantan Barat dilalui garis Khatulistiwa (garis lintang 0 ̊). Pengaruh letak ini menjadikan Kalimantan Barat sebagai salah satu daerah tropis dengan suhu udara cukup tinggi. Luas wilayah Kalimantan Barat mencapai 14,73 juta hektar, setara dengan 7,53% dari luas wilayah Indonesia (BPS, 2023).

BPS (2023) menyebut Kalimantan Barat memiliki kawasan hutan seluas lebih dari 8,16 juta hektar, sekitar 5,9% dari total seluruh hutan Indonesia yang mencapai 101,22 juta hektar (Kusnandar, 2023). Selama periode 2001 hingga 2022, Kalimantan Barat kehilangan lebih dari 3,83 juta hektar tutupan pohon akibat alih fungsi lahan dan kebakaran hutan dan lahan (Global Forest Watch, 2023).

Kebakaran hutan berdampak besar, tidak hanya bagi Kalimantan Barat, bahkan negara tetangga. Pada fenomena kebakaran hutan tahun 2014, jumlah hutan terbakar di Kalimantan Barat mencapai 196 ribu hektar (KLHK, 2023). Asap hasil kebakaran itu menembus batas teritorial hingga ke Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Baca juga: Adakah Harapan Pencapaian NDC Indonesia 2030?

Baca juga: Ulas Buku “Kehampaan Hak: Masyarakat vs Perusahaan Sawit di Indonesia”

Karhutla, Bencana Tahunan yang Tak Kunjung Usai

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Barat sudah bagaikan rutinitas tahunan. Setiap tahun selalu saja terjadi kebakaran hutan yang menghanguskan ratusan ribu hektar. Sejak tahun 2015 hingga 2023, total 462981.73 hektar hutan dan lahan terbakar di Kalimantan Barat (KLHK, 2023). Terparah pada periode itu terjadi di tahun 2019, sebesar 151.919 hektar. Bahkan indikasi luas kebakaran hutan di tahun 2023 saja menunjukkan angka yang tidak kecil. Hingga kuartal ke tiga 2023, total 82.411,38 hektar yang diindikasikan terbakar di Kalimantan Barat. 

Tabel 1. Luas Karhutla Kalimantan Barat periode Tahun 2015-2023 (Sumber: Sipongi KLHK, 2023).

Karhutla ini semakin parah ketika musim panas. Fenomena iklim El Nino juga berkontribusi memperparah dampak musim panas di Kalimantan Barat. Ibukota Kalimantan Barat, Kota Pontianak, tidak luput dari dampak kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di tahun 2023. Asap pekat hasil kebakaran mengancam warga Kota Pontianak. Kandungan polutan PM2.5 menyesaki hingga ke dalam rumah. Beberapa kota di Kalimantan Barat silih berganti masuk ke dalam daftar 10 kota paling berpolusi di Indonesia menurut situs pemantau indeks kualitas udara IQAir, termasuk Pontianak, Mempawah, dan Terentang.

Fenomena karhutla disinyalir akibat perbuatan manusia. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Barat menyatakan 95% kasus kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat terjadi karena ulah manusia, sementara 5% sisanya bersumber dari alam.

Fakta ini mengundang reaksi dari berbagai kalangan. Komunitas masyarakat sipil mengambil langkah cepat dengan mengampanyekan dukungan kepada para pihak yang berjibaku memadamkan api di hutan. Gemawan juga turut aksi meningkatkan kapasitas Masyarakat Peduli Api (MPA) di desa-desa yang menjadi mitra Gemawan. Selain itu, Gemawan juga menggalang donasi yang disalurkan kepada MPA di sejumlah desa. Gemawan juga menggerakkan berbagai komunitas di Kota Pontianak dan sekitarnya untuk mencegah dampak buruk kebakaran hutan dan lahan semakin parah.

Baca juga: Jaga Kopi Gambut, Latih 20 Perempuan Petani Kopi di Kayong Utara

Baca juga: Dukung Komunitas Padamkan Karhutla, Inisiatif Rakyat Bantu Rakyat

Perspektif Psikologi Lingkungan

Perilaku pro-lingkungan (pro-environmental behaviour) adalah perilaku yang dilakukan untuk melindungi, memperbaiki serta meminimalisir dampak negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan (Yolandari & Umar, 2017). Perilaku pro-lingkungan ini bisa dipicu oleh berbagai faktor.

Yolandari & Umar (2017) menyebut beberapa hal yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku pro-lingkungan, yakni sikap terhadap perilaku pro-lingkungan, norma subjektif, perceived behaviour control (PBC), system knowledge, action related knowledge, knowledge effectiveness, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan masyarakat, kebijakan intervensi, jenis kelamin, usia, dan interaksi antara kebijakan intervensi dan action related knowledge.

Dengan menggunakan perspektif Place Attachment Theory, masyarakat sipil bergerak melakukan kampanye dalam rangka menghadapi karhutla. Tujuannya adalah menjaga sumber penghidupan warga dan komunitas lokal. Hutan, sebagaimana disebutkan sebelumnya, menyediakan berbagai komoditas yang memberikan manfaat bagi manusia. Karena itulah hutan harus selalu dijaga.

Place Attachment Theory, dalam Djuwita et al. (2020), menggambarkan ikatan emosional antara seseorang dengan tempat atau lingkungan tertentu. Hutan terhubung dengan manusia. Dalam sebuah ungkapan metafora, hubungan itu bahkan seperti saling "berbagi kehidupan", tidak hanya relasi resiprokal. Bagai ibu, mother Earth. Karena itu ikatan ini tak mungkin dipisahkan. 

Hadapi Karhutla

Relasi manusia dan hutan ini dapat menjadi amplifikator gerakan pro-lingkungan yang lebih besar, khususnya dalam pencegahan dan penanganan karhutla yang secara rutin terjadi. Hal ini mengingat kebakaran hutan dan lahan tidak mungkin dihadapi secara parsial dan sporadis. 

Tak mungkin berharap pada alam untuk menyelesaikan karhutla. Toh, karhutla terjadi bukan karena kehendak alam, melainkan ulah usil tangan-tangan manusia. Maka, solusinya ada pada manusia. 

Mengajak banyak orang untuk bertindak serempak memerlukan efforts lebih. Itu tugas kita.

 

Referensi

Adysaputra, M. Y. (2023, Juni 23). Antisipasi Kebakaran Hutan, Perkuat MPA Untuk Kontribusi NDC 2030. Lembaga Gemawan. Diakses 13 Oktober 2023, dari https://gemawan.org/antisipasi-kebakaran-hutan-perkuat-mpa/ 

BPS. (2023). Kalimantan Barat Dalam Angka 2023. BPS. https://kalbar.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=NGY2OWRhOWI2Mjc1ZGQyM2M3ZWRiNDg1&xzmn=aHR0cHM6Ly9rYWxiYXIuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMjMvMDIvMjgvNGY2OWRhOWI2Mjc1ZGQyM2M3ZWRiNDg1L3Byb3ZpbnNpLWthbGltYW50YW4tYmFyYXQtZGFsYW0tYW5na2EtMjAyMy5odG 

Djuwita, R., Ariyanto, A., & Herdiansyah, H. (2020). Psikologi Lingkungan (1st ed.). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Global Forest Watch. (2023, Maret 9). Analisis Tutupan Lahan Kalimantan Barat Global Forest Watch. Global Forest Watch. Retrieved Oktober 13, 2023, from https://www.globalforestwatch.org/map/country/IDN/12/?mainMap=eyJzaG93QW5hbHlzaXMiOnRydWV9&map=eyJjZW50ZXIiOnsibGF0IjotMC40OTM4NDg0MTUxNzkxNTc0LCJsbmciOjExMS40Mzk0NTAwMDAwMTEyNX0sInpvb20iOjYuNTcyMTIwNTk3OTQ0MjYxLCJjYW5Cb3VuZCI6ZmFsc2UsImRhdGFzZXRzIjpbeyJkY 

Hidayat, D. (2023, September 10). BPBD Sebut ​Karhutla Kalbar Akibat Ulah Manusia. RRI. Diakses 13 Oktober 2023, dari https://www.rri.co.id/daerah/352986/bpbd-sebut-karhutla-kalbar-akibat-ulah-manusia 

KLHK. (2023). Indikasi Luas Kebakaran 2015-2023. Sipongi+. Diakses 13 Oktober 2023, dari https://sipongi.menlhk.go.id/ 

Kusnandar, V. B. (2023, Januari 16). Ini Luas Tutupan Hutan Indonesia, dari Sumatra sampai Papua. Databoks. Diakses 13 Oktober 2023, dari https://databoks.katadata.co.id/infografik/2023/01/16/ini-luas-tutupan-hutan-indonesia-dari-sumatra-sampai-papua 

Wahab, D. (2023, September 6). Dukung Komunitas Padamkan Karhutla, Inisiatif Rakyat Bantu Rakyat. Lembaga Gemawan. Diakses 13 Oktober 2023, dari https://gemawan.org/dukung-komunitas-padamkan-karhutla/ 

Yolandari, A., & Umar, J. (2017, Januari). The Influence of Policy Intervention, Personal Factor, and Physical Environmental Factor on Pro-Environmental Behaviour. JP3I, 6(1), 11-26. Diakses 13 Oktober 2023, dari https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i/article/download/8147/pdf 

 

Penulis: Mohammad R., Knowledge Management & Communications Manager Gemawan

Respon Karhutla Kalbar 2023, Perspektif Pro-Environmental Behaviour
Tag pada: