Kelompok Umak Peduli Air (Kumpai) di Desa Semangak, Kabupaten Sambas, melakukan panen padi hitam perdana. Menurut Ibu Mardiyah, perempuan petani yang menjadi Koordinator demplot (demonstration plot) padi hitam, budidaya padi ini dilakukan secara organik, tanpa menggunakan pestisida dan pupuk kimia. “Kami tidak menggunakan pupuk (kimia) dan racun selama menanam padi hitam ini. Waktu membuka lahan, rumput kami injak dan lama-kelamaan menjadi pupuk organik,” ujar Ibu Mardiyah.
“Hama juga tidak banyak. Karena kalau musim air pasang, biasanya tanaman padi terendam. Jadi hama tidak bisa mengganggu pertumbuhan padi” jelasnya lagi. Lokasi demplot yang berada di pinggiran aliran Sungai Sambas Besar memberikan keuntungan tersendiri bagi kelompok ini, rumput yang mati, perlahan membusuk dan menjadi pupuk organik bagi tanaman padi.
Baca juga: Kelompok Perempuan Petani Desa Sagu Panen Padi
Inovasi Padi Hitam Perempuan Petani
Padi hitam ini merupakan jenis padi lokal yang umurnya cukup lama, yaitu 5 bulan. Walaupun terbilang cukup lama, kelompok lebih memilih membudidayakan padi lokal karena lebih bisa bertahan hidup dibandingkan padi unggul.
“Sebagian besar masyarakat di Desa Semangak ini dulunya menanam padi. Namun karena serangan hama 4 tahun lalu, menyebabkan mereka gagal panen. Setelah itu, mereka jera untuk menanam padi lagi. Sekarang kita mendorong kelompok untuk membudidayakan beras hitam karena nilai ekonomisnya lebih tinggi dan lebih bagus untuk kesehatan. Mereka juga akan memperluas demplot padi hitam kelompok, dan juga akan mulai menanam padi untuk mencukupi keperluan mereka sehari-hari,” ujar Wanti, pendamping kelompok dari Lembaga Gemawan.
Selain pupuk organik, pengolahan padi hitam ini juga menggunakan alat tradisional, yaitu alat kisar untuk menghasilkan beras hitam. Alat kisar digunakan untuk menjaga kualitas beras agar tetap hitam. “Kalau digiling pakai mesin, kulit arinya akan hilang, jadi warna berasnya tidak hitam. Makanya kami menggunakan alat kisar,” jelas Ibu Patila, salah satu anggota kelompok.
Kumpai tidak hanya membuat demplot padi hitam, pengecekan air sungai pun dilakukan secara rutin untuk mengetahui perkembangan kualitas air sebagai dampak adanya aktivitas industri ekstraktif di hulu sungai. Beberapa kali banyak ikan yang mati mendadak di sungai dan pada musim tertentu masyarakat mengalami gatal-gatal setelah mandi air sungai.