Isu keberlanjutan menjadi isu penting bagi organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia. Namun, tantangan keberlanjutan ini semakin besar dalam beberapa tahun terakhir, sebagaimana yang disampaikan dalam penelitian Ben Davis (2013). Ben mengidenfikasi beberapa faktor yang berpengaruh pada kapasitas OMS dalam keberlanjutan, di antaranya:
- Relasi antara OMS nasional dan OMS subnasional kurang berkembang sehingga berdampak pada kemampuan OMS kecil untuk mengakses pendanaan, pengembangan kapasitas, dan peluang jaringan;
- Infrastruktur pendukung yang kuat bagi OMS belum terbangun, yang akan memampukan OMS untuk mengembangkan kapasitas organisasi yang diperlukan untuk mengakses pendanaan dari sumber-sumber nontradisional; dan
- Kurangnya informasi keberadaan dana-dana program.
Dalam konteks tersebut, sangatlah penting untuk menumbuhkan intermediary organization di tingkat provinsi atau regional bagi OMS-OMS kecil. Intermediary organization dapat berperan vital sebagai pengelola dana hibah, seperti mengucurkan dana hibah kepada mitra-mitra OMS terpilih, menyediakan peningkatan kapasitas untuk para mitra terkait dengan kapasitas dalam mengelola dana hibah dan pelaksanaan program secara sukses, melakukan monitoring dan evaluasi atas capaian program dan pengelolaan keuangan, menuliskan laporan narasi dan keuangan kepada donor maupun internal.
Ke depannya, organisasi-organisasi intermediary ini diharapkan memiliki kapasitas untuk mengakses pendanaan yang jauh lebih besar dan beragam dari berbagai sumber pendanaan dalam isu perubahan iklim dan tata guna lahan di region masing- masing.
Baca juga: Cegah Karhutla di Sambas, Sepakati Permakades di 2 Kecamatan
Baca juga: Menjaga Sungai Kapuas, Mengabadikan Warisan Peradaban
Penilaian Mandiri Kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil
Untuk memperkuat secara kelembagaan, Gemawan telah melaksanakan Pengukuran Kapasitas secara mandiri. Kegiatan yang dilaksanakan di Pontianak, pada pertengahan Juli 2023 lalu, difasilitasi oleh Yappika Action Aid, atas dukungan CLUA.
Menurut Fransisca Fitri, dari Yappika, pendekatan utama dalam pengukuran kapasitas sebagai organisasi intermediary ini adalah self assessment.
“Informasi dan status kapasitas organisasi ditentukan secara mandiri oleh para pelaku organisasi, yaitu Gemawan. Termasuk dalam menentukan rekomendasi-rekomendasi penguatan kapasitas yang diprioritaskan oleh organisasi. Namun demikian, pandangan subyektif assessor dapat ditambahkan untuk memperkaya deskripsi maupun analisis tingkat kapasitas organisasi,” jelas Fransisca.
Kegiatan yang dilakukan 10-13 Juli 2023 melibatkan sebanyak 21 pegiat dari kabupaten dan kota se-Kalimantan Barat untuk bersama-sama menilai secara internal sejumlah aspek.
Baca juga: Respon Karhutla Kalbar 2023, Perspektif Pro-Environmental Behaviour
“Penilaian dilakukan terhadap aspek Orientasi & Tata Kepengurusan Organisasi, Manajemen Data, Pengetahuan & Penguatan Kapasitas, Manajemen Keuangan & Hibah, Manajemen Operasional & Kepatuhan, manajemen program, Fundraising dan Isu Sektoral,” ujar Muhammad Zuni Irawan, Deputi 1 Bidang Internal Gemawan.
Selama tiga hari, jelas Zuni Irawan, kegiatan dilakukan dengan penggalian data dan informasi tentang tingkat kapasitas organisasi. “Pendekatan kegiatan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu wawancara mendalam dengan peserta yang sesuai dengan jabatan dalam struktur organisasi dan analisis dokumen-dokumen organisasi yang terkait dengan kapasitas-kapasitas utama organisasi,” kata Zuni.
Penulis: Muhammad Zuni Irawan