Laporan Asesmen dan Analisis Karhutla Kalbar

Laporan Asesmen dan Analisis Karhutla ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi berbagai pihak dalam upaya mencegah karhutla di Kalimantan Barat.

Laporan Asesmen dan Analisis Kapasitas MPAGemawan meluncurkan laporan hasil penilaian kondisi karhutla di 14 desa di Kabupaten Mempawah dan Sambas. Laporan ini menyoroti fakta-fakta di lapangan terkait penyebab kebakaran, kesiapan masyarakat dalam mitigasi, serta langkah-langkah strategis yang dapat diterapkan untuk memperkuat kapasitas MPA sebagai garda terdepan dalam pencegahan dan penanggulangan karhutla berbasis masyarakat.

Judul Buku:Penilaian Risiko Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat Peduli Api (MPA) di Kabupaten Mempawah dan Sambas
Penulis:Hermawansyah, Mohammad Reza, Heru Suprihartanto
Penerbit:Lembaga Pengembangan Masyarakat Swandiri (GEMAWAN)
Tebal Halaman:36 halaman
Ukuran Buku:14,8 x 21 cm
ISBN:

Menjawab Ancaman Karhutla dengan Strategi yang Lebih Terukur

Dewan Pendiri Gemawan, Hermawansyah, menegaskan bahwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kalimantan Barat bukanlah fenomena baru. “Setiap tahun, Kalbar mengalami karhutla. Seharusnya kita tidak lagi hanya sekadar merespons cepat ketika kebakaran terjadi, tetapi mulai merancang pendekatan yang lebih terukur dan sistematis,” ujarnya.

Dalam pembelajaran program BRGM (Badan Restorasi Gambut dan Mangrove), di mana Gemawan turut berkontribusi, ditemukan bahwa peran MPA masih belum optimal. Oleh karena itu, Gemawan bersama United States Forest Service (USFS) berinisiatif memperkuat kapasitas MPA agar mereka tidak hanya bertindak saat kebakaran terjadi, tetapi juga memiliki perencanaan mitigasi yang lebih baik.

“MPA ini seharusnya menjadi pilar utama dalam pencegahan karhutla. Mereka perlu memiliki peralatan yang memadai, peta sebaran titik api, serta strategi pengelolaan sumber air yang efektif. Misalnya, apakah perlu dibuat embung, sumur bor, atau perpanjangan selang agar air dapat menjangkau lokasi rawan kebakaran,” jelasnya.

Baca juga: Buku Menapak Jejak di Luvang Horomaung: Mengabadikan Kisah Suku Dayak Uud Danum Tepe di Desa Sawang Senghiang

Baca juga: Pelestari Kehidupan: Sebuah Kompilasi Situated-Knowledge dari Tapak

Kolaborasi Lintas Sektor untuk Mencegah Karhutla

Salah satu temuan dalam laporan ini adalah pentingnya koordinasi antar-desa dan lintas lembaga dalam menangani karhutla. Di Kabupaten Sambas, misalnya, sudah ada inisiatif forum kerja sama antar MPA yang dapat menjadi model kolaborasi yang lebih luas.

“Peran pemerintah kabupaten, provinsi, hingga organisasi masyarakat sipil juga harus diperkuat. Setiap pihak memiliki otoritas dan sumber daya yang dapat dikolaborasikan untuk penanggulangan karhutla yang lebih efektif,” tambah Hermawansyah.

Ia juga menyoroti perlunya rencana aksi yang jelas dan terukur. “Jika target kita adalah zero tolerance karhutla di lahan gambut, maka harus ada skema insentif bagi masyarakat dan MPA agar mereka memiliki motivasi dan kapasitas yang lebih baik dalam melakukan pencegahan,” ujarnya.

Baca juga: Karhutla Kalbar: Sebuah Catatan untuk Antisipasi Bencana di Masa Depan

Baca juga: Banjir: Perspektif Deep Ecology

Dukungan Pemerintah dan Pemangku Kepentingan

FGD ini mendapat respon positif dari pemerintah daerah, baik di Mempawah maupun Sambas, yang menyatakan dukungan terhadap inisiatif ini. Diskusi menghasilkan beberapa rekomendasi strategis, termasuk:

  1. Penguatan kapasitas MPA melalui pelatihan, peralatan yang memadai, dan strategi mitigasi berbasis masyarakat.
  2. Pemetaan dan pemantauan titik api secara berkala untuk perencanaan penanggulangan yang lebih efektif.
  3. Kolaborasi antar-desa dan koordinasi lintas sektor agar penanganan karhutla tidak menjadi beban satu atau dua pihak saja.
  4. Penyusunan rencana aksi penanggulangan karhutla berbasis masyarakat yang melibatkan peran pemerintah daerah, NGO, akademisi, serta komunitas lokal.

Laporan Asesmen dan Analisis Karhutla ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi berbagai pihak dalam upaya mencegah karhutla di Kalimantan Barat. “Kita perlu memastikan bahwa setiap strategi yang kita bangun bukan hanya respons jangka pendek, tetapi mampu memberikan dampak yang berkelanjutan,” pungkas Hermawansyah.

Selengkapnya, laporan dalam bahasa Indonesia dapat diakses berikut ini:

English version:

Laporan Asesmen dan Analisis Karhutla di Dua Kabupaten
Tag pada: