Antisipasi karhutla di Pulau Maya, Gemawan dan MPA Desa Kemboja adakan ground-checking

Antisipasi Karhutla | Selama kurun waktu terakhir telah terjadi degradasi hutan di Desa Kemboja. Konversi hutan untuk kepentingan manusia mengubah daya tampung tanah dan daya dukung lingkungan di kawasan ini. “Degradasi ini berdampak banyak sekali bagi Desa Kemboja dan Pulau Maya. Jika dibiarkan berlarut, pulau ini terancam tenggelam. Karena itu kita perlu aksi kolaboratif agar benteng Kayong Utara ini tetap bertahan,” himbaunya.

Kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Kemboja melakukan survei dan ground-checking lokasi rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Kemboja, Kecamatan Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara. Delapan (8) orang anggota MPA bersama community organizer (CO) Gemawan saling kolaborasi dalam kegiatan yang dilaksanakan di Dusun Kemboja Baru dan Dusun Sukamaju pada Minggu (21/08/2022). 

Baca juga: Memperbaiki Relasi Manusia dan Alam dengan 1 Langkah: Ubah Tata Kelola

Ketua Kelompok MPA Desa Kemboja, Zulhiar, mengatakan kegiatan ground-checking ini untuk memastikan titik -titik kanal sumber air di 2 dusun yang rawan terjadi karhutla. “Empat titik yang disurvei merupakan areal gambut dengan jarak tempuh sekitar 3 kilometer dari kawasan pemukiman masyarakat,” katanya menjelaskan lokasi survei.

Untuk sampai ke lokasi, lanjut Zulhiar, memakan waktu hingga dua jam perjalanan dengan berjalan kaki. “Kondisi jalan yang memprihatinkan juga mempersulit perjalanan,” tambahnya. 

Di lokasi survei, selain melakukan perawatan pada kanal-kanal yang menjadi sumber air untuk persiapan pencegahan karhutla, juga melakukan pembekalan kapasitas lapangan kepada kelompok dalam penanggulangan cepat jika terjadi kebakaran di areal gambut tersebut. 

Kolaborasi Antisipasi Karhutla di Desa Kemboja

“Kegiatan ini kita lakukan untuk memastikan kesiapan kelompok dan menentukan jalur mitigasi jika terjadi karhutla di 2 dusun ini,” ujar Welli, CO Gemawan untuk lansekap Pulau Maya. 

Ia menjelaskan hampir tiap tahun terjadi karhutla di dusun ini. “Dari lima desa di Kecamatan Pulau Maya, Desa Kemboja memiliki tingkat kerentanan karhutla tertinggi. Jika musim panas tiba, risiko itu meningkat,” imbuhnya.

Baca juga: Dua Langkah Strategis Menjaga Mangrove: Collaborative Efforts dan Collective Action!

Karena itu, tambahnya, anggota MPA yang mengikuti kegiatan ini diberikan materi langkah preventif dan mitigasi jika terjadi karhutla di wilayah aktivitas mereka.

Areal gambut di Desa Kemboja seluas 5.231 hektar memiliki kedalaman 50-300 cm. Berdasarkan analisis spasial Gemawan tahun 2021, hamparan gambut itu berada dalam kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi.

“Kami menemukan kerentanan ini meningkat karena berkurangnya resapan air lahan gambut di areal tersebut,” sebutnya. 

Weli menyebutkan terdapat galian kanal sepanjang 4,19 kilometer yang membelah kubah gambut tempat bermuaranya serapan air gambut. Hal ini, jelasnya, membuat resapan air gambut berkurang.

Baca juga: Di Pulau Maya, Kelompok Pemuda dan Masyarakat Usulkan Hak Pengelolaan Hutan Desa Kemboja

Sebagian besar wilayah Desa Kemboja merupakan kawasan hutan. Tercatat 75 persen dari jumlah luasan desa  merupakan areal kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi. Dari jumlah itu, lebih dari 70 hektar telah menjadi perkebunan sawit mandiri. 

Selama kurun waktu terakhir telah terjadi degradasi hutan di Desa Kemboja. Konversi hutan untuk kepentingan manusia mengubah daya tampung tanah dan daya dukung lingkungan di kawasan ini. “Degradasi ini berdampak banyak sekali bagi Desa Kemboja dan Pulau Maya. Jika dibiarkan berlarut, pulau ini terancam tenggelam. Karena itu kita perlu aksi kolaboratif agar benteng Kayong Utara ini tetap bertahan,” himbaunya.

Antisipasi Karhutla, MPA dan Gemawan Jalin Kolaborasi Lindungi 5000-ah Hektar Gambut Desa Kemboja
Tag pada: