Perempuan, Kerja Sosial, dan Environmental Justice
Gemawan telah lama bekerja untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan livelihood, memastikan pasokan makanan selalu tersedia – minimal di level rumah tangga, dengan berbagai program, seperti perlindungan dan hak atas lahan dan hutan, serta penguatan kapasitas petani. Demikian pula Gemawan berupaya membangun kekuatan dan keberdayaan perempuan dalam menjalankan peran-peran di masyarakat serta mendorong transparansi dan akuntabilitas tata kelola pemerintahan, khususnya yang berhubungan dengan hajat hidup rakyat level terbawah.
Ketiga isu besar itu – kerja sosial, gender, dan environmental justice – telah dilaksanakan sejak 15 tahun terakhir keberadaan Gemawan. Semua aktivitas tersebut sangat berdampak positif dalam membangun resiliensi kelompok dampingan Gemawan, terutama di masa pandemi Covid-19. Dengan memaksimalkan energi Work From Home dan memanfaatkan tehnologi informasi yang dapat diakses oleh anggota kelompok, Gemawan menggerakkan kekuatan kelompok basis yang bekerja bersama Gemawan dalam menghadapi pandemi.
Di masa krisis, seperti pandemi Covid-19 ini, ketersediaan stok pangan merupakan prioritas utama. Hal itu pula yang dilakukan oleh anggota kelompok perempuan dan petani di area kerja Gemawan. Untungnya, meskipun masa pandemi, panen padi, sayuran, tanaman bumbu dapur dan buah-buahan masih tetap dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan – juga – masyarakat. Ada yang bisa dijual dan dibagi ke sesama anggota, bahkan dibagikan kepada masyarakat di desa.
Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan terhadap alat produksi petani (lahan, bibit dan pengetahuan) serta akses petani terhadap fasilitas pertanian haruslah menjadi perhatian. Pandemi justru membuktikan bahwa kelompok yang ekonominya cukup stabil adalah para petani komoditi pangan/makanan (food crops).
Geliat Perempuan SERUMPUN
Kelompok perempuan yang tergabung dalam Serikat Perempuan Pantai Utara (SERUMPUN) di Kabupaten Sambas dan Singkawang menjadi contoh daya lenting (resiliensi) kelompok perempuan. Didorong kesadaran untuk memainkan peran melindungi keluarga dan masyarakat, mereka mengambil inisiatif membuat alat pelindung diri (APD), berupa masker kain dan memproduksi jamu sederhana berbahan baku tanaman obat yang ada disekitar halaman rumah atau huma mereka. Di saat masker standar kesehatan sukar didapat dan penggunaannya diutamakan bagi para tenaga medis, para perempuan anggota kelompok SERUMPUN bekerja sama dengan desa dan pihak lain memproduksi masker yang dibagikan kepada seluruh masyarakat. Inisiatif ini membuktikan bahwa perempuan merupakan aktor yang sangat penting dalam pembangunan desa.
Para perempuan anggota SERUMPUN ini juga membangun solidaritas bersama membantu anggota kelompok yang tidak bisa berjualan langsung di pasar maupun di tempat jualan mereka akibat pandemi Covid-19. Informasi pemasaran produk ibu-ibu nelayan – seperti ikan asin, “cencalok”, terasi, kerupuk dan amplang – disebar secara daring.
Mereka juga mengumpulkan uang untuk membantu kawan yang kehilangan pendapatan sembari menyemangati dan memberi solusi agar yang terkena dampak dapat berdaya kembali. Aktivitas ini sudah berjalan selama dua bulan dan – sekali lagi – mereka berhasil membantu para perempuan anggota kelompok untuk tetap mendapat pemasukan sambil tetap optimis. Ini bukti kecil nan nyata dari istilah besar yang sedang trend dalam gerakan sosial “Rakyat Bantu Rakyat”.
Selain kerja-kerja bersama masyarakat, Gemawan juga menyebar informasi dan flyer secara online di media sosial Gemawan dan WAGroups. Hal ini dilakukan untuk mengkampanyekan panduan bertindak dimasa pandemi Covid-19, dalam rangka menjaga keselamatan diri, keluarga dan masyarakat, seperti kampanye penggunaan masker setiap keluar rumah, sedapat mungkin menghindari keramaian, menyiapkan air dan sabun di depan rumah, sering cuci tangan, selalu berpikiran positif dan mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Karena menjaga kesehatan mental dan spritual (iman) disaat ini juga takkalah pentingnya dibandingkan menjaga imunitas fisik.
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan berbagai jenis bantuan sosial untuk masyarakat miskin dan dunia usaha. Dengan berbagai jenisnya (seperti Bantuan Sosial Khusus, Peningkatan jumlah penerima PKH, Subsidi Listrik, BLT, Program Padat Karya, Kartu Pra Kerja, Kartu Sembako dan KIP), paket bantuan itu berjumlah sangat besar. Demi memastikan agar penyaluran bantuan tepat sasaran dan masyarakat yang belum terdata namun memenuhi kategori kelompok terdampak pandemi Covid-19 tetap dapat menerima bantuan, Gemawan mengajak semua pihak untuk aktif mengawasi dan memastikan akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan dapat terjaga. Ibu-ibu di lapangan pun aktif mengawasi dan melaporkan ke pihak RT nama-nama yang belum terdata agar mendapat perhatian pemerintah. Kampanye ini lakukan lewat flyer di media sosial Gemawan.
One Health Approach merupakan ajakan WHO dalam melihat situasi Pandemi Covid-19 ini, sebuah pendekatan yang melihat bahwa kesehatan manusia sangat erat hubungannya dengan kesehatan binatang, tumbuhan dan lingkungan yang kita tempati bersama. Sebagaimana informasi yang menyebutkan bahwa virus corona berasal dari kelelawar, artinya ketika lingkungan dan alam yang rusak maka habitat lain juga akan kehilangan tempat hidup dan merambah ke lingkungan manusia. Sehingga saling menjaga lingkungan dan alam tempat hidup bersama menjadi penting.
Manusia harus bisa hidup lebih baik, dan menjadikan saat ini sebagai momen refleksi bersama tentang kemanusiaan, keadilan dan keberlanjutan kehidupan di muka bumi. Bagi kami, hal ini semakin meyakinkan kami bahwa kerja-kerja perjuangan membangun keadilan sosial, gender dan lingkungan yang kami lakukan selama ini adalah benar adanya untuk membangun peradaban dan bumi yang lebih baik.
Laili Khairnur,
Direktur Gemawan
Editor: Mohammad R., Knowledge Management and Communications