DRONE DAN MANUAL: Tim Pemetaan Gemawan, Indra Haryanto (kanan) dan Mawardi (kiri) menunjukkan Drone Gemawan dan hasil pemetaan desa Sungai Kelambu kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas yang detail dan rinci bikin peserta pelatihan, baik Kades maupun aparatur desa takjub di Balai Desa Sungai Itik, Kamis (03/03/2016). Foto: Mahmudi/GEMAWAN.

DRONE DAN MANUAL: Tim Pemetaan Gemawan, Indra Haryanto (kanan) dan Mawardi (kiri) menunjukkan Drone Gemawan dan hasil pemetaan Desa Sungai Kelambu, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas yang detail dan rinci bikin peserta pelatihan, baik Kades maupun aparatur desa takjub di Balai Desa Sungai Itik, Kamis (03/03/2016). Foto: Mahmudi/GEMAWAN.

Lembaga Gemawan dalam memetakan tata ruang lima desa di kecamatan Sungai Kakap, dibagi dalam dua metode. Tiga desa seperti Sungai Itik, Punggur Besar, dan Sungai Kakap dipetakan menggunakan wahana tanpa awak alias Drone. Sedangkan dua desa seperti Sungai Kupah dan Kali Mas menggunakan cara manual atau via alat GPS.

“Ketiga desa yang dipetakan menggunakan dikarenakan ketiga desa seperti Sungai Itik, Punggur Besar, dan Sungai Kakap, kita sudah memiliki titik-titik koordinatnya. Melalui titik-titik koordinat itu Drone Gemawan tinggal mengambil detail gambarnya, setelah mengudara sekian hari,” ungkap Mursyid Hidayat, Programmer Gemawan di Sekolah Tata Ruang Desa di Balai Desa Sungai Itik, Kamis (03/03/2016).

Baca juga: 2 Hari Merancang Theory of Change, Gemawan Menggagas Mission-Driven Organization

Kemudian, lanjutnya, desa Sungai Kupah dan Kali Mas dipetakan secara manusia menggunakan alat GPS. Sekalian memberikan pelatihan di dalam kelas, tepatnya di balai desa, maupun di luar kelas, yaitu praktek langsung memetakan menggunakan alat GPS.

“Pemetaan partisipatif itu, kita dari Gemawan melibatkan warga desa turun langsung memetakan tata ruang desanya. Kalau manual, kita bawa alat GPS dan memberikan pemahaman cara pengoperasian ke warga desa. Sedangkan pemetaan menggunakan Drone Gemawan, kita melibatkan warga desa di Ground Control Point (GCP) ketika wahana tanpa awak mengambil foto-foto udara,” tutur Dayat.

Baca juga: Strategi Percepatan Pencapaian SDGs 2030

GCP ini, jelas Dayat, biasanya berupa tanda silang atau tanda plus dibuat dari lembaran terpal atau kain besar. Melalui GCP ini sebagai kontrol wahana tanpa awak mengambil titik-titik kawasan yang dipetakan. Sekaligus supaya tidak terbang di luar batas desa yang dipetakan.

“Tantangan pengambilan foto-foto dari udara menggunakan wahana tanpa awak adalah cuaca dan angin. Semoga cuaca cerah sehingga sekian hari kita dapat memetakan seluruh kawasan yang akan dipetakan,” harap Dayat.

Efektivitas dan Efisiensi Akuisi Data Spasial dengan Drone

Pilot Drone Gemawan, Indra Haryanto yang biasa disapa Agam karena berasal dari Nangroe Aceh Darussalam, menerangkan sekali terbang Drone Gemawan dapat memetakan areal sekitar 300 hektar.

“Akan tetapi dalam penerbangan ini tidak serta-merta dapat foto-foto bagus. Kalau dilihat hasil fotonya kurang bagus, kita akan mengudara lagi untuk mengambil ulang gambarnya. Kita menggunakan kamera khusus yang sudah merekam titik-titik koordinat dalam memetakan daratan. Setelah dijahit, gambar-gambar dari Drone Gemawan lebih detail dan bagus daripada milik peta online,” tutur Agam. (Gemawan-Mud)

Drone Petakan 3 Desa, 2 Desa Dipetakan Manual
Tag pada: