Menulis, menurut Direktur Gemawan, Laili Khairnur, merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki aktivis. Di era digital, mengomunikasikan ide kepada publik dilakukan dengan meningkatkan kemampuan menulis kreatif. “Literasi publik Indonesia bisa ditingkatkan dengan menulis kreatif,” ucap aktivis perempuan Kalimantan Barat ini.
Laili menyoroti rendahnya literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah. Mengutip pemberitaan di portal resmi Kemenko PMK, berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang lebih mudah dipahami dapat diimplementasikan di media digital dan media sosial. “Media digital menjadi alternatif penyampai pesan, terutama melihat ketergantungan besar banyak orang terhadap piranti ini. Banyak publik yang mencari informasi di luar media mainstream, media digital menjadi alternatif mereka,” tukas Laili saat membuka Pelatihan Menulis Kreatif dan Membuat Konten di Media Sosial, Sabtu (22/01/2022). Menurutnya, aktivis sosial juga harus mempelajari metode komunikasi yang memudahkan pemahaman banyak orang, sehingga narasi yang diusung masyarakat sipil bisa mendarat dan memperoleh atensi. Sehingga, lanjut Laili, menulis kreatif turut menentukan keberhasilan upaya tersebut.
Pada kesempatan itu juga, Laili mengatakan, terdapat empat level tujuan dan pengaruh komunikasi digital. Pertama, organisational profile raising via social media; kedua, campaign to sell products or raise funds for organisation; ketiga, specific campaign to influence public policy; dan keempat, digital social movement.
Menurutnya, media sosial didesain untuk memperluas interaksi sosial manusia menggunakan internet dan teknologi web. Kehadirannya, berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah media siaran, dari satu institusi media ke banyak audience (one to many) menjadi praktik komunikasi dialogis antara banyak audience (many to many).
Laili melanjutkan, media sosial mampu menghapus hambatan spasial seperti jarak dan waktu, saat mendokumentasikan pengetahuan di tingkat tapak. Media sosial juga akan mendukung tumbuhnya media center organisasi dalam rangka komunikasi visi dan misi organisasi kepada khalayak.
“Gemawan ingin memanfaatkan media sosial menjadi digital social movement. Saat ini Gemawan baru pada tahap campaign to sell products or raise funds for organisation,” katanya.
Menulis Kreatif untuk Perubahan
Ada tiga orang jurnalis yang hadir sebagai narasumber pada pelatihan, yakni Aries Munandar, jurnalis lepas dan editor Koran Jubi, Leo Prima, Pimred Hi Pontianak dan Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Pontianak serta Reinardho Sinaga, digital enthusiast dan Presidium Hoax Crisis Center Borneo.
Menulis Kreatif, sebagai materi pertama, disampaikan oleh Aries Munandar. Penulis buku ‘Tuah Serumpun Padi’ ini mengatakan, penulisan di media sosial harus dilakukan dengan efektif dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami banyak orang. Aries juga menjelaskan tentang copywriting dan content writing kepada para peserta melalui pemaparan yang menarik.
“Yang juga harus tetap diperhatikan adalah menjaga kode etik,” ujarnya.
Sedangkan pemateri lainnya Leo Prima menyebutkan, empat hal yang harus diingat pada setiap foto yang hendak diambil, yakni cahaya, komposisi, angle, dan momen.
“Setiap foto memiliki subjek, karena itu pasti memerlukan predikat dan objek,” ucapnya, menerangkan agar foto dapat bercerita.
Reinardo Sinaga, narasumber terakhir, menyampaikan materi Mengenal Publikasi Media Sosial. Mantan redaktur senior di RRI Pontianak itu, mengenalkan berbagai tools untuk memahami insight media sosial. Menurutnya, penting bagi pegiat sosial memiliki media sosial dan memahami insight kanal digital yang dimiliki.
“Bagi Gemawan, yang ingin menjadikan media sosial para pegiatnya sebagai kanal komunikasi organisasi, pemahaman insight akun akan membantu komunikasi digital organisasi,” terang pria yang akrab disapa Edho.
Edho juga mengingatkan peserta akan pentingnya mengimplementasikan materi yang telah disampaikan selama satu hari ini. “Pekerjaan yang dilakukan terus-menerus akan menjadikannya profesional,” pesannya kepada para peserta.
Pelatihan di Aula Bumi Gemawan ini diikuti sebanyak 40 orang, terdiri dari para pegiat Gemawan yang berasal dari Pontianak, Kubu Raya, Sambas, dan Kayong Utara.
Sumber: RRI