“Mainstreaming GESI merupakan core Gemawan dalam melakukan pengorganisasian dengan meningkatkan peran kelompok perempuan, marjinal, serta kelompok rentan lainnya terhadap pengelolaan sumberdaya alam,” terang Ucup.
Rapat Kerja Pengelolaan Sumber Penghidupan
Bersama kelompok perempuan di Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Mempawah, Gemawan melaksanakan Focus Group Discussion Penyusunan Rencana Kerja pada Sabtu (09/04). Focus Group Discussion ini diinisiasi oleh Kelompok Perempuan Matahari dan PKK Desa Sekabuk yang difasilitasi Gemawan.
Kegiatan yang berlangsung di Kantor Desa Sekabuk ini dilaksanakan guna merumuskan strategi pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam berbasis masyarakat di tingkat desa yang di tuangkan melalui rencana kerja bersama.
Andas Saputra, Kades Sekabuk, saat membuka kegiatan FGD menjelaskan bahwa kelompok ini baru terbentuk. Harapannya dengan hadirnya Gemawan sebagai mitra, kelompok dapat berhasil dan besar. “Jika berhasil, bukan hanya keberhasilan saya, tetapi keberhasilan kelompok,” imbuhnya pada pembukaan kegiatan.
Baca juga: SDGs Desa dan Rekonstruksi Paradigma Pembangunan Berkelanjutan
Lebih lanjut ia memaparkan untuk mendukung kerja-kerja kelompok ini, sudah mengusulkan anggaran di RPJMDes. Ia juga berharap Gemawan terus mendampingi masyarakat Desa Sekabuk, khususnya kelompok perempuan dan rentan lainnya.
“Agar ke depannya hasil dari pelatihan maupun ilmu yang kelompok dapat dari kegiatan yang diikuti ini bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari anggota kelompok sehingga bisa berkelanjutan,” pungkasnya.
“Penyusunan rencana kerja ini memuat aktivitas, strategi, dan capaian yang diinginkan selama satu tahun. Sehingga rencana kerja inilah menjadi landasan kelompok bergerak,” ungkap Lani Ardiansyah, pegiat Gemawan, saat hadir sebagai fasilitator kegiatan.
Selama beberapa tahun terakhir, Gemawan beraktivitas di Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, dalam program perhutanan sosial. Perhutanan sosial merupakan sistem pengelolaan Hutan lestari yang dilaksanakan dalam Kawasan Hutan Negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama.
Baca juga: Perhutanan Sosial, Pintu Dorong Pelibatan Perempuan untuk Pengelolaan Hutan 11 Desa di Melawi
Mainstreaming GESI, Memberikan Akses yang Setara bagi Kelompok Marjinal
Ucup, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan sumberdaya alam di tingkat desa harus berperspektif GESI (gender equality and social inclusion) dengan melibatkan kelompok rentan, termasuk perempuan. “Mainstreaming GESI merupakan core Gemawan dalam melakukan pengorganisasian dengan meningkatkan peran kelompok perempuan, marjinal, serta kelompok rentan lainnya terhadap pengelolaan sumberdaya alam,” terang Ucup.
“Perempuan berinteraksi sangat dekat dengan alam. Baik dan buruknya pengelolaan sumberdaya alam akan dirasakan langsung oleh perempuan,” jelasnya. Hal ini senada dengan beberapa riset aktual yang menyoroti dampak perubahan iklim yang rentan dialami perempuan.
Melalui mainstreaming GESI, Gemawan ingin memberikan akses yang setara kepada kelompok marjinal, termasuk perempuan dan masyarakat adat, atas ruang hidup dan sumber penghidupan mereka di desa. Beberapa riset terkini bahkan memperlihatkan kelompok marjinal sebagai komunitas masyarakat yang paling terdampak perubahan iklim. Mainstreaming GESI, tambahnya, jangan sampai hanya dipahami sebatas fokus pada perempuan dan meninggalkan kelompok marjinal lain.
“Perempuan yang ikut FGD hari ini merupakan perempuan yang aktif mengelola lahannya. Para perempuan ini menyadari kerusakan lingkungan akan berdampak langsung terhadap mereka, sehingga penting melibatkan mereka dalam menentukan strategi perlindungan dan pengelolaan,” imbuhnya.
Baca juga: Peringati Hari Hutan Internasional, Aksi Jaga Bumi Tanam 100 Bibit
FGD penyusunan rencana kerja inipun berjalan interaktif yang diwarnai saling memberi masukan dan pertanyan di antara peserta. Wajar saja, sebelumnya mereka jarang terlibat dalam proses penyusunan rencana maupun strategi dalam bentuk lainnya. Meskipun penyusunan rencana ini yang pertama bagi mereka, tidak menyurutkan ide dan gagasan yang mereka lontarkan. “Mereka juga stakeholder, aktor, punya peran dan hak yang setara atas ruang hidup dan sumber penghidupan,” terangnya lagi.
“Saya senang sekali bisa terlibat hari ini, jadi kami bisa bikin kegiatan yang kami mau dan tahu apa yang harus kami lakukan. Jadi enak juga mau lihat apakah kelompok kami berkembang atau tidak,” imbuh Susida, Ketua PKK Desa Sekabuk.
Agenda pertama rencana kerja kelompok perempuan Matahari dan PKK ini menanam pohon sorgum di lahan kritis Desa Sekabuk yang rencana akan dilaksanakan pada tanggal 10 April. “Semoga semua bisa lancar,” harapnya. (MYA)