Beras Hitam Sagu Daun Piawas Sambas

Daun Piawas selama ini aktif mengembangkan komoditas beras hitam dan sayuran yang dibudidayakan secara ramah lingkungan di lahan demplot kelompok. Panen perdana padi hitam yang dikelola oleh Kelompok Perempuan Daun Piawas bahkan dihadiri oleh Camat Galing. Kala itu Camat Galing mengapresiasi inisiatif budidaya jenis padi yang terbilang sulit ditemukan bibitnya ini.

Kelompok perempuan mitra Gemawan di Desa Sagu, Daun Piawas, menerima bantuan dari Pemerintah Desa Sagu. Bantuan perlengkapan pendukung budidaya padi hitam itu diserahkan oleh Kepala Desa Sagu, Halidin, kepada perwakilan Kelompok Perempuan Daun Piawas pada Senin (20/06). 

Penyerahan bantuan yang terdiri atas bak air, kuali dan sealer ini mengambil tempat di halaman Kantor Desa Sagu. Bantuan ini merupakan simbol apresiasi Pemdes Sagu kepada kelompok Daun Piawas yang telah menjadi role model untuk kelompok lain di desa itu. “Kalau mau ngasih bantuan ke Kelompok Daun Piawas, saya tidak ragu. Karena sudah terbukti kerjanya,” ucap Halidin, Kades Sagu saat menyerahkan bantuan.

Kepercayaan Pemerintah Desa Sagu kepada Kelompok Perempuan Daun Piawas tak datang begitu saja. Aktivitas Daun Piawas selama beberapa tahun ini memang patut diapresiasi. Beberapa inovasi mereka lakukan, seperti menyemai padi hitam, mengolah pupuk dan anti hama organik, serta peningkatan kapasitas anggota melalui berbagai pelatihan non-formal. 

Bibit beras hitam yang disemai oleh anggota Daun Piawas berasal dari Sintang. Sebelumnya, kelompok perempuan mitra Gemawan di Sintang juga sudah mengembangkan beras hitam. Melalui beras hitam ini, Gemawan bermaksud merajut hubungan antar kelompok perempuan yang menjadi mitranya selama ini.

Baca juga: Peroleh Modal Usaha dari Beras Hitam, 14 Anggota Kelompok Perempuan Adakan Pelatihan Keuangan

Kegigihan dan keaktifan Kelompok Daun Piawas dalam berorganisasi dan berkegiatan dilirik Pemerintah Desa. Tak banyak kelompok yang mampu bertahan. Daun Piawas justru membuktikan diri bukan sebagai kelompok karbitan. Pemerintah Desa juga telah mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Desa sebagai bentuk dukungan untuk Kelompok Perempuan Daun Piawas.

“Semoga kelompok Daun Piawas semakin sukses, ke depan kami akan coba terus memberi bantuan,” tegas Halidin. 

Penyerahan bantuan kepada perwakilan Kelompok Daun Piawas oleh Kepala Desa Sagu, Halidin.
Inovasi Beras Hitam dari Desa Sagu

Daun Piawas selama ini aktif mengembangkan komoditas beras hitam dan sayuran yang dibudidayakan secara ramah lingkungan di lahan demplot kelompok. Panen perdana padi hitam yang dikelola oleh Kelompok Perempuan Daun Piawas bahkan dihadiri oleh Camat Galing. Kala itu Camat Galing mengapresiasi inisiatif budidaya jenis padi yang terbilang sulit ditemukan bibitnya ini. 

Baca juga: Panen Perdana Padi Hitam Organik di Desa Sagu

Kemandirian serta kreativitas kelompok dalam memanfaatkan ruang hidup, berupa umme dan kebun, menjadikan mereka sebagai kelompok percontohan bagi kelompok lain yang ada di Desa Sagu oleh pemerintah desa.  Kelompok Perempuan Daun Piawas juga dipilih untuk mengikuti kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sambas. 

Aswatiah, Ketua Kelompok Daun Piawas menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Desa yang telah mendukung aktivitas mereka. Baginya, ini merupakan bentuk dukungan dari Pemdes Sagu serta memotivasi kelompok agar terus berkembang. “Saya bersyukur dan senang dengan bantuan ini. Dukungan ini juga memberikan semangat tambahan bagi kami untuk terus mengembangkan praktik pertanian yang ramah lingkungan,” imbuhnya.

Kontribusi Daun Piawas untuk Mencapai SDGs Desa

Menurut Wanti, pegiat Gemawan yang selama ini beraktivitas bersama Kelompok Daun Piawas, aktivitas kelompok memang diarahkan untuk mendukung pencapaian SDGs Desa. “SDGs Desa ke-3 tentang Desa Sehat & Sejahtera, SDGs Desa ke-5 tentang Keterlibatan Perempuan Desa, SDGs Desa ke-12 tentang Konsumsi dan Produksi Desa Sadar Lingkungan, juga SDGs Desa ke-13 tentang Desa Tanggap Perubahan Iklim,” jelas Wanti.

Wanti menilai perubahan sosial di Indonesia sangat ditentukan dari tingkat desa, sehingga potensi yang ada di desa harus mampu dieskalasi melalui rangkaian aktivitas yang tersistematis. “Kami memulai dengan membangun kesadaran kritis perempuan. Bersama Kelompok Daun Piawas, kami membangun kesadaran kritis kelompok perempuan untuk mengenal, mengidentifikasi, dan melindungi ruang hidup mereka,” tukas alumni Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura ini.

“Semangat dan resiliensi Daun Piawas patut diapresiasi, mereka mampu memberikan kontribusi untuk pencapaian di Desa Sagu,” tutup Wanti. 

Penulis: Muhammad Y. Adysa P. & Ridho Faizinda

Kembangkan Beras Hitam, Kelompok Daun Piawas jadi Role Model Organisasi Perempuan di Desa
Tag pada: