Bertempat di Hotel Santika Pontianak, Lembaga Gemawan mengadakan Workshop Kemajuan Program Land, Water, Women Life – Riset Aksi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air dengan tema Peningkatan Kapasitas Kelompok Perempuan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air. Kegiatan yang dimulai pada Sabtu (06/07) itu dihadiri oleh kelompok masyarakat yang berasal dari Sambas dan Ketapang, pemerintah, mitra dari masyarakat sipil dan media.
Uray Endang Kusumajaya memaparkan bahwa program riset ini bertujuan untuk membangun kapasitas kelompok perempuan dalam pengelolaan sumberdaya air melalui keterlibatan aktif, pemberdayaan dan partisipasi perempuan dan kelompok perempuan akar rumput. “Tokoh masyarakat perempuan yang akan didukung, diberdayakan dan dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan dalam memantau kualitas sumber daya air mereka, mengidentifikasi sumber pencemaran dan kisaran dampak terhadap gender, kesehatan, ekonomi dan sosial terkait dengan pencemaran air,” tambah pria yang akrab disapa Uray ini.
Uray menyayangkan besarnya potensi sumberdaya air yang ada di Kalimantan Barat masih belum terkelola dengan baik. Ia melihat indikatornya adalah penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh kegiatan anthropogenic yang berlangsung dari tahun ke tahun. “Air yang tercemar itu, terutama, memberikan dampak terhadap perempuan dan anak sebagai kelompok rentan yang berhubungan langsung dengan pengelolaan pasokan air di rumah tangga,” ujar pengajar di salah satu perguruan tinggi di Pontianak ini. Uray menambahkan bahwa resiko paparan yang diterima perempuan dari air tercemar semakin meningkat karena peran sosial dan budaya mereka dalam memasak, mencuci, serta memandikan anak-anak.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini diharapkan dapat mengembangkan dan memperkuat jaringan multi-pihak yang melibatkan kelompok perempuan yang telah dibangun serta instansi pemerintah atau pemangku kepentingan lainnya. “Setiap sesi kita harapkan dapat menjadi ruang untuk berbagi para peserta. Karena masing-masing daerah punya pengalaman tersendiri dalam mengelola air,” ucapnya lagi.
Uray juga menjelaskan, ada beberapa output yang diharapkan dari kegiatan ini, yaitu, pertama, pembentukan forum multi-pihak dalam pengelolaan sumberdaya air dengan mengutamakan partisipasi aktif kelompok perempuan Kalimantan Barat dan kelompok perempuan komunal tentang masalah tanah, air dan mata pencaharian. Kedua, kelompok perempuan memiliki kemampuan dalam melakukan lobi dan advokasi untuk mewakili komunitas mereka dalam dialog dengan pemangku kepentingan dan pengambil keputusan di sektor publik dan swasta. Ketiga, munculnya dukungan berkelanjutan mengenai ruang untuk kelompok perempuan membahas mengenai masalah air, kesehatan dan gender. Keempat, adanya informasi dan pembelajaran dari setiap kelompok mengenai program aksi yang sudah dilakukan di daerah masing-masing.