Kerupuk Jengkol Perempuan Kayong Utara

Sudah hampir satu tahun belakangan ini, Kelompok Perempuan Delima, Sumber Rezeki, dan Anggrek, yang merupakan kelompok perempuan dampingan Lembaga Gemawan di Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat, mulai concern melakukan pengolahan komoditas turunan hasil pertanian dari buah jengkol. Buah jengkol ini kemudian mereka olah menjadi kerupuk jengkol dan emping jengkol.

Kebetulan, buah dengan aroma yang sangat menyengat ini sangat mudah dijumpai di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, yang mayoritas lahannya adalah lahan gambut.

Bila musim panen tiba, menurut informasi dari ibu-ibu ini, satu pohonnya terkadang bisa menghasilkan panen hingga 1 kuintal. Sayangnya harga jual yang didapat dirasakan tidak sepadan dengan biaya yang telah mereka keluarkan, bahkan hanya untuk memetik buah dan mengangkut hasil panen. Alhasil terkadang buah yang seharusnya sudah masuk musim petik dibiarkan gugur dan membusuk. Terkadang juga dibagi-bagi ke tetangga terdekat. Atau bahkan bila ada pengepul yang bersedia memanjat sendiri malahan dengan senang hati mereka terima meskipun harga yang dibayar alakadarnya, rerata dihargai Rp700,00  sampai Rp800,00 per kilo. Namun demikian mereka mengaku sudah cukup senang, setidaknya masih dapat menikmati pundi-pundi rupiah dari buah jengkol mereka.

Kondisi inilah yang kemudian membuat ibu-ibu mencari cara agar nilai jual dari buah jengkol tetap stabil dan bila dimungkinkan bisa lebih dari itu. Akhirnya setelah melakukan diskusi dan mencari sumber informasi dari berbagi media yang ada mengenai produk yang akan mereka olah ini, bersama fasilitator dari Gemawan, mereka kemudian memberanikan diri mencoba membuat kerupuk jengkol dan emping jengkol. Inovasi yang dilakukan ini ternyata tidak bisa sekali coba, namun harus berkali-kali sampai dirasakan mendapatkan komposisi dan teknik yang tepat untuk resep mereka.

Setelah diproduksi, mereka kemudian melakukan tes pasar untuk mendapatkan penilaian dari calon konsumen atas produk mereka.  Tentunya hal ini sangat membantu karena mereka bisa mendapatkan infomrasi, saran dan kritik atas kelebihan dan kekurangan produk mereka sehingga dapat ditingkatkan lagi kualitasnya, baik dari aspek produk, kemasan, label, harga, packing dan sebagainya.

Perlahan, berkat kerja keras, inovasi yang tiada henti, produk mereka mulai diproduksi secara kontinyu dan dipasarkan hingga ke luar daerah. Meskipun masih dikerjakan dalam skala rumah tangga, namun ternyata hasilnya dapat membantu menopang ekonomi keluarga mereka. Bahkan terakhir, mereka sudah dapat mengantongi sertifikasi halal dari LP POM MUI Provinsi Kalbar.

Tentunya inovasi yang sudah mereka lakukan ini sejatinya tidak boleh berhenti sampai disini dan mereka berharap masih ingin mengembangkan lagi produk turunan lainnya yang kebetulan keberadaannya cukup melimpah di sekitar mereka.

 

 

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Olah Produk Turunan di Lahan Gambut, Ibu-ibu Kelompok Dampingan Lembaga Gemawan Sulap Jengkol Menjadi Kuliner Bernilai Ekonomi”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/maulisaicha4066/62297befbb4486481f620965/olah-produk-turunan-di-lahan-gambut-ibu-ibu-kelompok-dampingan-lembaga-gemawan-sulap-jengkol-menjadi-kuliner-bernilai-ekonomi

Kreator: Maulisa Icha

Editor: Mohammad R

 

Sulap Jengkol Jadi Kuliner Bernilai Ekonomi
Tag pada:                

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *