GEMAWAN—Sedikitnya 120 orang perwakilan dari 20 kelompok perempuan dampingan Lembaga Gemawan dari Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang menggelar kongres perempuan yang dilangsungkan di Aula Kantor Camat Singkawang Selatan, Sabtu (23/5).
Kegiatan yang diawali seminar setengah hari dengan tema agenda legislatif dan eksekutif berkaitan dengan pemenuhan hak-hak perempuan di Sambas dan Singkawang pasca Pemilu 2009 ini akan berlangsung hingga Senin (25/5).
Dalam kegiatan seminar kemarin, hadir enam orang panelis dari eksekutif dan legislatif dua daerah, baik yang akan berakhir masa jabatannya maupun anggota legislatif baru yang lolos dalam pemilu 2009. Pembicara dari Singkawang diantaranya pihak legislatif periode 2004-2009, Nurhasanah dan caleg terpilih, Reni Asmara Dewi, sementara dari eksekutif ada Kabid Pemberdayaan Perempuan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana, Dra Sri Adhayanti.
Sedangkan dari Sambas, pihak legislatif hadir anggota DPRD perempuan, Ny Ni Ketut Indrawati dan Uray Farida. Sementara dari eksekutif dihadiri Kepada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Wahidah SE Msi.
Membuka acara kongres, Direktur Eksekutif Lembaga Gemawan, Laily Khairnur mengatakan banyak persoalan perempuan di Indonesia yang masih belum bisa terjawab hingga saat ini. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa perempuan adalah merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap proses ketidakadilan, pemiskinan dan kekerasan. “Permasalahan kekerasan dan diskrimanasi terhadap perempuan hingga kini terus terjadi,” jelasnya.
Meskipun Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Diskrimination Againts Women – CEDAW) menjadi Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan dan sudah sangat lama undang-undang itu ada, tapi sampai saat ini yang namanya diskriminasi masih tetap ada. “Dan ini berarti peraturan perundang-undangan yang ada belum dilaksanakan secara konsekuen menjamin dan melindungi hak-hak perempuan,”
ujarnya.
Kondisi ini lanjut dia menyebabkan perempuan mengalami lima ketidakadilan gender yaitu subordinasi, dimana perempuan dianggap masyarakat kelas kedua, sehingga posisi perempuan tidak terlalu dianggap berperan dalam proses pembangunan dan politik, kemudian marginalisasi atau proses dimana perempuan dipinggirkan dari akses, peran dan kontrol secara ekonomi. Selain itu perempuan juga mengalami kekerasan baik fisik maupun psikis “Perempuan juga mengalami beban ganda, yaitu peran tumpang tindih antara aktivitas di wilayah domestik dan publik. Kemudian juga stereotype, yakni pemberian label atau cap yang dikenakan kepada seseorang atau suatu anggapan yang salah/sesat. Pelabelan juga menunjukkan adanya relasi kuasa yang tidak seimbang,” tukasnya.
Menurutnya, Lembaga Gemawan yang sejak awal sudah concern terhadap isu perempuan melihat banyaknya permasalahan yang dihadapi perempuan yang masih belum diselesaikan sehingga memaksa untuk semakin memikirkan strategi perjuangan yang lebih sistematik dan salah satunya adalah organisasi dan jaringan antar kelompok. “Untuk itu sudah sewajarnya kita sebagai perempuan harus bersatu, bersuara dan berjuang bersama-sama. Selagi tidak ada keberanian bagi perempuan untuk mengorganisir diri untuk bersama-sama melawan ketidakadilan tersebut maka perempuan akan terus menjadi korban ketidakadilan dan perempuan juga akan terus menjadi objek dari setiap persoalan yang ada,” imbuh Laily.
Sementara, Manager Program Perempuan dan Ekonomi Lembaga Gemawan, Muslimah SH mengatakan, kongres dengan tema perempuan berserikat, bersuara dan berjuang ini ditujukan untuk mengkoordinasikan kelompok-kelompok perempuan dampingan ke dalam suatu ruang bersama yang lebih besar agar dapat memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender, menyediakan ruang bagi perempuan untuk saling sharing pengalaman dan permasalah perempuan yang terkait pemenuhan hak-hak dasar perempuan. “juga diharapkan terbentuknya Serikat Perempuan Sambas dan Singkawang yang memiliki visi, misi dan program kerja,” bebernya.
Sementara dalam penyampainnya sebagai panelis, Kabid Pemberdayaan Perempuan BPMPKB Kota Singkawang, Sri Ardhayanti mengatakan kalau mendidik laki-laki hanya jadi satu orang. Tapi kalau mendidik perempuan bisa jadi banyak orang yang akan terdidik, karena dialah (perempuan) yang akan mendidik anak-anaknya,” ujarnya. (*)