Pontianak, GEMAWAN.
Expert research and fasilitator lembaga Swandiri Institute (SI) Pontianak, Happy Hendrawan SSos MSc menyampaikan ide bersama tim fasilitator SI, guna menggagas “Desa Swandari”. Desa Swandiri, desa yang mampu memenuhi kebutuhannyasendiri tanpa tergantung pada pemerintah.
“Desa yang memiliki sistem manajemen yang baik dan pendapatan masyarakat bagus, stabil, serta berkelanjutan dengan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengelola sumberdaya yang tersedia,” ungkap Happy Hendrawan.
Dikatakannya prinsip Desa Swandiri merupakan pola pengembangan pedesaan berbasis konsep terintegrasi. Mulai dari subsistem input, subsistem produksi primer, subsistem pengolahan hasil, subsistem pemasaran, dan subsistem layanan dukungan (supporting system).
“Kriteria Desa Swandiri, seperti mengembangan potensi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup di desa. Pengembangan kemandirian berusaha dan kewirausahaan di desa. Pengembangan kualitas SDM dan penguatan kelembagaan masyarakat desa. Pengembangan jejaring dan kemitraan,” kupas Happy.
Fokus pengembangan Desa Swandiri, memiliki sumber pendapatan sendiri, misalnya punya badan usaha milik desa dan lain-lain. Memiliki kemampuan dan budaya gotongroyong. Sudah ada hak yang jelas dan dapat memenfaatkan.
Kemudian peningkatan ketrampilan. Kemandirian dan pemberdayaan. Terbuka dengan pemerintah dan pihak lain. Adanya kemampuan membuat aturan-aturan desa.
Kemampuan membiayaai aparat desa. Sarana dan prasarana yang memadai. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Pemanfaatan sumber daya alam (SDA) berkelanjutan.
Kemampuan dan kapasitas membangaun diri, komunitas, dan desa. Kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri. Kemampuan mengatur diri sendiri dan tidak tergantung bantuan pihak luar.
“Prasyarat menuju Desa Swandiri, mempunyai potensi SDA, SDM, sarana dan prasarana, spesifik produk yang menonjol didasarkan tipologi desa. Mampu memenuhi kebutuhan di dalam desa dan sebagian yang dapat dijual keluar desa.
Kemudian, lanjutnya, terdapat peran serta dan kesadaran masyarakat yang besar dalam mengoptimalkan potensi desa. Tingkat kemiskinan penduduk desa di bawah rata-rata.
Pemberdayaan wanita di dalam kegiatan sosial ekonomi desa besar. Jumlah dan jenis kelembagaan banyak. Adanya tokoh penggerak atau inovator dan eligimatizer yang memiliki peranan besar dalam masyarakat. Kesadaran terhadap lingkungan hidup tinggi
“Bagaimana caranya? Gunakan metode rapid rural appraisal dan participatory rural appraisal (RRA/PRA; pemusatan penilaian desa/penilaian partisipasi desa), untuk mereview dan mengkaji data informasi desa,” kupas Happy.
Kemudian, imbuhnya, gunakan metode SWOT (strengths, weakness, opportunities, treathment/kekuatan, kelemahan, kesempatan, ancaman) untuk menentukan strategi dalam tujuan program desa mandiri.
Metode Partisipatif untuk melaksanakan program bersama masyarakat dan pemerintah desa. Metode penyuluhan untuk mentransfer pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
“Metode demplot untuk memberikan contoh pragmatis kepada masyarakat di bidang teknologi, kewirausahaan, dan kelembagaan,” kupas Happy Hendrawan. (Gemawan-Mud)