UNJUK RASA; Kaum ibu dan remaja putri hingga kanak-kanak ikuti unjuk rasa penolakan rencana revisi UU KPK di Taman Digulis Pontianak di Taman Digulis Pontianak, Senin (22/02/2016). Foto: Muhammad Zuni Irawan/GEMAWAN.
Pontianak, GEMAWAN.
Demontrasi penolahan rencana revisi Undang-undang (UU) Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK), bukan hanya didominasi kaum tua dan mahasiswa saja. Akan tetapi didukung juga kaum ibu-ibu, remaja putri, hingga para belia kaum hawa di Taman Digulis Pontianak, Senin (22/02/2016).
Pantauan di lapangan acara demontrasi dimulai bakda (selepas) Ashar, sekitar jam 15.30 petang. Dimulai dengan pembukaan yang dibawakan pembawa acara di lapangan Muhammad Lutharif dari Kontak Rakyat Borneo.
Kemudian koordinator pembacaan petisi tuntutan koalisi masyarakat sipil anti korupsi Kalbar, Dr Hermansyah SH MHum yang juga akademisi Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, memulai orasi ilmiahnya ihwal penolakan rencana revisi UU KPK.
“Kita harapkan, Presiden RI Ir Joko Widodo jangan hanya menunda rencana revisi UU KPK namun membatalkannya,” ungkap Hermansyah di sela-sela acara.
Sebelum mengakhiri orasinya usai pembacaan petisi tuntutan ke pemerintah, dosen FH Untan ini mengarapkan peserta mimbar bebas tolak resvisi UU KPK diadakan dengan tertib, damai, dan tidak mengganggu kepentingan lain. Misalnya seperti pengguna jalan, sebab Taman Digulis Untan persis di bibir jalan protokol Jalan Ayani Pontianak.
Para orator selain dibawakan kaum laki-laki juga kaum perempuan. Materi yang disajikan ihwal urusan dapur-dapur keluarga hingga lingkungan. Misalnya para orator kaum hawa menyakini korupsi di negeri ini membuat harga kebutuhan pangan, sandang, dan papan menjadi mahal.
Ekonomi biaya tinggi ini karena harus menutupi perilaku koruptor yang menggerogoti keuangan negara. Imbasnya, terjadi disparitas akses kesehatan dan pendidikan warga kota dan di desa-desa nun jauh di sana.
Kaum hawa dari berbagai usia yang mengikuti aksi berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari yang berbaju biasa hingga trendi. Mulai dari pemakai Jilboob hingga jilbab Syar’i. Demikian juga ada nenek-enek maupun yang masih kanak-kanak.
“Bermacam-macamnya yang hadir di aksi mimbar bebas tolak revisi UU KPK ini, menunjukkan upaya pelemahan KPK menjadi kesadaran umum dan perlu dilawan,” ungkap Muhammad Zuni Irawan, penggiat lembaga Gemawan di sela-sela aksi damai itu. (Gemawan-Mud)