Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi dampak pandemi COVID-19 yang hadir sejak 2020 lalu. Pembatasan sosial yang diterapkan sebagai langkah memutus rantai penyebaran COVID-19, di satu sisi telah berdampak terhadap distribusi pasokan pangan masyarakat. Secara linear, hal ini tentu mempengaruhi kebutuhan konsumsi masyarakat, sementara asupan nutrisi dan gizi yang cukup akan membantu menjaga kesehatan manusia menjalani periode pandemi.
Hambatan itu juga turut dirasakan oleh para petani yang berada di Desa Mandiri Peduli Gambut Kalimantan Barat. Peningkatan kapasitas para petani dalam mengelola lahan pertanian diharapkan menstimulasi inisiatif berdampak ganda bagi keluarga: menyiapkan ketahanan pangan rumah tangga dan meningkatnya imunitas keluarga melalui asupan gizi dan nutrisi yang berasal dari pekarangan. Dengan dukungan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM)-United Nations Office for Project Services (UNOPS), Gemawan melaksanakan program Perencanaan Pembangunan 30 Home Garden untuk Ketahanan Pangan Masyarakat dalam Situasi Pandemi COVID-19.
Home Garden Solusi Sumber Penghidupan
Menurut Direktur Gemawan, Laili Khairnur, untuk mengatasi tantangan karena pembatasan sosial diperlukan inisiasi membangun ketahanan pangan dari level terbawah, yakni rumah tangga. “Memanfaatkan pekarangan sebagai cara membangun ketahanan masyarakat dalam mengakses sumber pangan akan membantu keluarga untuk melewati pandemi yang sudah berlangsung lama ini,” ujarnya dalam Lokakarya Pembangunan 30 Home Garden untuk Ketahanan Masyarakat dalam Situasi Pandemi COVID-19 di Hotel Orchardz Gajahmada, Pontianak (15/6).
Selain membangun home garden yang diharapkan dapat berkontribusi pada asupan gizi dan vitamin keluarga, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola lahan pertanian agar mampu meningkatkan pendapatan bagi rumah tangga. “Guna menunjang peningkatan produktivitas pertanian, para petani akan ditingkatkan kapasitasnya dalam kegiatan pertanian berkelanjutan dengan metode pembukaan lahan tanpa bakar,” tambahnya memaparkan. Atas dasar itulah, Gemawan melibatkan beberapa pakar dalam program yang berdurasi 2 bulanan ini.
Pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) merupakan solusi untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di areal gambut yang rentan terjadi di bulan Juli setiap tahunnya. “Kita ingin masyarakat tetap dapat memanfaatkan lahan yang mereka miliki untuk meningkatkan asupan nutrisi dan gizi, dengan tetap menjaga keberlanjutan lahan gambut,” imbuh Muhammad Zuni Irawan, fasilitator kegiatan.
Kegiatan yang berlangsung satu hari ini mengundang perwakilan kelompok dari lima desa yang berasal dari Kabupaten Kubu Raya dan Mempawah yang menjadi wilayah pelaksanaan program. Para pakar yang terlibat dalam program juga dihadirkan sebagai narasumber untuk menambah khazanah para peserta. “Di Kubu Raya, program ini dilaksanakan di Desa Sungai Nipah dan Kuala Dua. Sementara di Mempawah, program ini akan berjalan di Desa Wajok Hilir, Jungkat, dan Galang,” jelasnya di sela-sela kegiatan.
“Kelak, 30 home garden ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik pemanfaatan lahan gambut tanpa bakar dengan tetap memberikan manfaat bagi masyarakat yang hidup bersama gambut,” tutupnya.