Kepemimpinan Perempuan muda di Sadaniang

Kepemimpinan perempuan berakar dari kesadaran bersama bahwa kelestarian alam adalah kelangsungan hidup mereka sendiri, bukan dari struktur kekuasaan dan dominasi.

Akar Perubahan dari Tapak

Di tengah ketidakpastian sosial dan krisis ekologis yang semakin nyata, kekuatan perubahan sering kali tumbuh dari akar — dari perempuan dan generasi muda yang bekerja di balik bilik-bilik desa, di tepian hutan, di ruang-ruang belajar kecil. Mereka membangun masa depan dengan caranya sendiri: memelihara alam, memperkuat komunitas, dan menanamkan nilai keberlanjutan sejak dini.

Di Kalimantan Barat, berbagai inisiatif masyarakat lokal menyemai kepemimpinan baru yang tidak hanya berpihak pada manusia, tetapi juga pada bumi. Para perempuan mengambil peran strategis dalam mengelola sumber daya alam, sementara generasi muda menanam mimpi dan menyiapkan diri sebagai penjaga masa depan.

Kepemimpinan Perempuan: Menjaga Kehidupan, Menyemai Kekuatan

Aksi perempuan di berbagai wilayah Kalimantan Barat mulai memainkan peranan penting dalam menjaga keseimbangan alam dan sosial. Di desa-desa, mereka tidak hanya terlibat dalam kegiatan ekonomi, tetapi juga dalam pengelolaan hutan, pertanian, dan pendidikan komunitas. Kepemimpinan mereka tumbuh dari pengalaman sehari-hari—dari merawat keluarga, menanam pangan, hingga menjaga lahan dari ancaman kebakaran atau alih fungsi.

Banyak di antara mereka yang memimpin kelompok perempuan, koperasi, hingga inisiatif lingkungan. Mereka mendirikan bank sampah, mengelola lahan pertanian tanpa bakar, dan menumbuhkan ekonomi berbasis solidaritas. Kepemimpinan seperti ini sering kali tidak hadir dalam bentuk formal, tetapi terasa kuat di lapangan: dalam keputusan kolektif, gotong royong, dan cara mereka membangun ketahanan komunitas.

Memantik kepemimpinan perempuan dan orang muda. Gambar: Istimewa.

Kisah perempuan muda di Sadaniang, Kabupaten Mempawah, misalnya, memperlihatkan regenerasi kepemimpinan perempuan berlangsung secara alami. Di sana, mereka mendiskusikan masa depan hutan dan lahan gambut, menyusun rencana bersama, dan mengenalkan cara-cara tradisional dalam mengelola wilayah hidup mereka.

Dari proses semacam itu kepemimpinan perempuan berakar—bukan dari struktur kekuasaan, melainkan dari kesadaran bersama bahwa kelestarian alam adalah kelangsungan hidup mereka sendiri.

Pada tingkat yang lebih luas, perempuan-perempuan ini mulai mendapat ruang dalam percakapan global mengenai perubahan iklim dan keadilan lingkungan. Mereka membawa narasi baru: bahwa keberlanjutan bukan sekadar kebijakan teknis, melainkan wujud keberanian untuk merawat bumi dengan cara yang manusiawi dan berkeadilan.

Transformasi Ekonomi yang Dipimpin Perempuan

Kemandirian ekonomi menjadi bagian penting dari proses kepemimpinan. Di Kayong Utara dan Sambas, kelompok perempuan membangun koperasi dan simpul ekonomi lokal yang berlandaskan nilai solidaritas. Mereka belajar mengelola sumber daya bersama, mencatat pembukuan, mengembangkan produk lokal, dan membangun sistem yang transparan. Bagi mereka, legalitas tidak hanya formalitas administratif, melainkan simbol pengakuan bahwa perempuan mampu berdiri di garis depan sebagai pelaku ekonomi di rantai pasok paling mula.

kepemimpinan perempuan bank sampah singkawang

Inisiatif serupa juga muncul di Singkawang, ketika kelompok perempuan memimpin gerakan pengelolaan sampah. Dari aktivitas sederhana, seperti memilah, mengolah, dan memasarkan hasil daur ulang, mereka membangun kesadaran baru tentang tanggung jawab lingkungan dari keluarga. Gerakan ini memperlihatkan bahwa kepemimpinan perempuan tidak selalu lahir dari ruang politik, tetapi dari ketekunan menjaga kehidupan sehari-hari.

Pendidikan dan Regenerasi: Menanam Bibit Penjaga Bumi

Pendidikan menjadi kunci dalam memastikan perubahan dapat berlanjut lintas generasi.
Di sejumlah kecamatan di Mempawah, anak-anak petani dan nelayan mendapat dukungan pendidikan melalui program beasiswa yang dirancang untuk menumbuhkan kesadaran ekologis. Bantuan ini menjadi simbol harapan agar anak-anak dari keluarga sederhana dapat tumbuh sebagai generasi yang berpengetahuan, berdaya, dan peduli terhadap lingkungan.

Dari ruang-ruang belajar inilah muncul kesadaran baru bahwa menjaga alam tidak hanya tugas orang tua, melainkan tanggung jawab kolektif lintas generasi. Anak-anak muda mulai terlibat dalam kegiatan konservasi, pertanian berkelanjutan, hingga riset kecil di tingkat desa. Mereka belajar bahwa tanah yang subur dan udara yang bersih adalah warisan yang harus dijaga, bukan dieksploitasi.

Generasi Muda dan Kepemimpinan Sosial Baru

Selain pendidikan formal, ruang-ruang kolaboratif juga muncul untuk menumbuhkan pemimpin muda. Dalam berbagai pertemuan lintas-Kalimantan, kelompok muda, akademisi, seniman, dan pegiat sosial bertemu untuk berbagi gagasan tentang masa depan Kalimantan. Mereka membincang keadilan, tata kelola sumber daya, dan peluang membangun ekonomi hijau yang lebih berpihak pada komunitas lokal.

Dari proses ini tumbuh generasi yang kritis, juga berani berjejaring dan berinovasi. Mereka melihat perubahan sebagai proses panjang yang dimulai dari kolaborasi kecil dan kepercayaan antar manusia.

Kepemimpinan yang Menumbuhkan Kehidupan

Perempuan dan generasi muda di Kalimantan Barat menunjukkan bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari langkah kecil. Dari dapur rumah, kebun komunitas, hingga forum global, mereka membawa semangat yang sama—semangat untuk menjaga kehidupan.

Kepemimpinan mereka tidak terikat pada jabatan, tetapi pada nilai: kejujuran, kepedulian, dan keberanian untuk menolak ketidakadilan. Pendidikan menjadi tanah tempat nilai-nilai itu tumbuh, sementara solidaritas komunitas menjadi air yang menyuburkannya.

Di tangan mereka, harapan untuk masa depan yang lebih hijau dan setara bukan sekadar cita-cita, tetapi jalan yang sedang dibangun hari demi hari.

Penulis: Mohammad R., pegiat Gemawan.

Menumbuhkan Kepemimpinan Perempuan dan Orang Muda: Refleksi Sumpah Pemuda 2025