EKONOMI KEPULAUAN: Seluruh warga yang bermukim di Kecamatan Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalbar, sampai November 2015 masih belum menikmati listrik negara khas PLN, seperti warga Pulau Kelumpang desa Betok Jaya mengandalkan bisnis ikan asin, selain bisnis utama ikan tangkap di Selat Karimata. FOTO: MAHMUDI/GEMAWAN
Pontianak, GEMAWAN.
Basis pembangunan pada pengembangan lembaga-lembaga ekonomi, bukan sektor ekonomi belaka. Namun juga berdasarkan keunggulan kompetitif kualitas lingkungan, bukan keunggulan komparatif aset.
“Sumberdayanya berdasarkan pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi, bukan semata ketersediaan angkatan kerja,” kata Ali Nasrun SE MSc, pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak di diskusi publik pembuka Strategic Planning (SP) III Gemawan di Hotel Orchardz Pontianak, Selasa (03/11/2015).
Paradigma baru teori pembangunan ekonomi daerah, lanjut Ali, paradigma baru supaya perusahaan harus mengembangkan pekerjaan sesuai kondisi masyarakat setempat. Bukan sebatas makin banyak perusahaan berarti banyak peluang kerja saja.
Apalagi dunia pemodal besar dunia khas Trans National Corporation (TNC) juga aktif beroperasi di Kalimantan Barata, melalui ekspansi perusahaan perkebunan sawit maupun tambang,” ucap Ali.
TNC, jelas Ali, suatu perusahaan yang mengendalikan aset dan operasional bisnis yang sama di lebih satu negara. TNC mengalirkan kapital (modal), aset, teknologi, keterampilan, pasar, dan lain-lain melewati batas-batas georafis negara dan benua.
“TNC bisa memecahkan konsentrasi ekonomi di suatu tempat dan mencairkan kebekuan di tempat lain.” Kupas Ali.
Dualisme ekonomi, menurut Ali, ada dua keadaan yeng berbeda, ada superior dan ada inferior dalam bidang finansial, keterampilan, teknologi, ekologi, sosial, ilmu pengetahuan, bisnis, dan lain-lain.
Sedangkan multimuka kalau perekonomian bukan hanya menghadapi dualisme, tetapi juga yang mengendalikan perekonomian, bukan hanya dalam negeri tetapi juga oleh kekuatan-kekuatan dari luar negeri.
Tantangan lainnya di Kalbar, masih menurut Ali, pembangunan seimbang. Sebuah pembangunan berbagai jenis industri secara bersamaan sehingga hasil dari masing-masing industri akan saling menguatkan di pasar. Namun adanya keterbatasan memaksa pembangunan yang tidak seimbang, yaitu membuat urutan prioritas pada setiap sektor atau cabang industri.
“Sektor pertanian mudah digerakkan di Indonesia umumnya dan Kalbar khususnya, karena menyerap banyak tenaga kerja. Tetapi nilai tambah yang diperoleh kecil, sehingga kontribusi dalam PDRB (pendapatan domestik regional bruto) menurun,” sindir Ali.
Diakui Ali, sektor industri memiliki nilai tambah yang besar, pembangunannya memerlukan kapital yang besar dan infratsruktur yang banyak. Menurut teori pertumbuhan endogen, pembangunan ekonomi akan terjadi jika ada kekuatan dari dalam berupa penguasan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan modal insani disamping modal fisik lainnya.
“Percepat alih teknologi pertanian, perikanan, kelautan, perkebunan, hingga pertambangan di Kalbar, khususnya yang menguntungkan masyarakat pedesaan. Ekonomi desa kuat yakinlah menompang pertumbuhan ekonomi kota,” tutur Ali. (Gemawan-Mud)