keberlanjutan pangan di singkawang utara menjaga ekosistem sosial dan mendukung ketahanan pangan Kalbar.

Pangan Kalbar | Ketahanan pangan sejatinya bukan hanya soal berapa banyak beras yang bisa diproduksi, tetapi juga soal bagaimana menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menciptakan tekanan besar terhadap lahan dan sumber daya air. Sebaliknya, kebijakan pembangunan yang tidak berpihak pada pertanian akan mempercepat hilangnya kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduknya.

Setiap butir nasi di meja makan warga Kalbar adalah hasil dari perjalanan panjang—dari sawah yang semakin sempit, populasi yang terus bertambah, hingga tantangan kebijakan yang rumit. Dalam kurun hampir sepuluh tahun terakhir, provinsi ini menghadapi dilema serius: kebutuhan beras terus meningkat, sementara kemampuan produksinya justru menurun.

Kalimantan Barat memiliki wilayah seluas sekitar 14,73 juta hektar. Namun, hanya sebagian kecil yang digunakan sebagai lahan sawah, dan luasnya terus menyusut. Pada tahun 2014, luas sawah tercatat sekitar 527 ribu hektar dengan produksi padi mencapai 1,37 juta ton. Delapan tahun kemudian, pada 2022, luas sawah tinggal 390 ribu hektar dan produksi padi menurun drastis menjadi 731 ribu ton, menghasilkan sekitar 432 ribu ton beras. Angka ini jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk yang pada tahun yang sama sudah mencapai 5,54 juta jiwa.

Perbandingan luas sawah, panen, dan produksi padi berpengaruh terhadap situasi pangan Kalbar.
Perbandingan luas sawah, panen, dan produksi padi berpengaruh terhadap situasi pangan Kalbar. Sumber: Kementan RI, 2022.
Penduduk Bertambah, Sawah Menghilang
Pertumbuhan populasi Kalbar berpengaruh terhadap ketahanan pangan Kalbar.
Pertumbuhan populasi Kalbar berpengaruh terhadap ketahanan pangan Kalbar. Sumber: BPS dan Disdukcapil, 2022.

Pertumbuhan penduduk menjadi faktor utama meningkatnya permintaan beras. Setiap tahun, Kalimantan Barat mencatat rata-rata pertumbuhan penduduk sekitar 1,6 persen, dengan angka kelahiran yang tinggi dan kematian yang relatif rendah. Akibatnya, konsumsi beras per kapita pun meningkat, sementara luas sawah terus berkurang rata-rata enam persen per tahun.

Fenomena alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab utama. Sawah-sawah produktif banyak berubah menjadi kawasan perumahan, industri, atau proyek pembangunan lain atas nama kemajuan. Namun di balik itu, setiap hektar sawah yang hilang berarti berkurangnya kemampuan daerah untuk memberi makan penduduknya sendiri.

Sistem dinamik dapat digunakan sebagai pendekatan untuk memahami kompleksitas hubungan antara jumlah penduduk, produksi padi, dan ketersediaan beras. Pendekatan ini bekerja seperti simulasi yang menggambarkan interaksi sebab-akibat dari berbagai faktor yang saling berkaitan. Misalnya, semakin besar populasi maka konsumsi beras meningkat; ketika konsumsi meningkat, stok beras menurun; dan bila stok beras berkurang, tekanan untuk memperluas lahan atau meningkatkan produktivitas menjadi lebih tinggi. Namun, di sisi lain, pembangunan dan konversi lahan justru menekan ruang pertanian yang tersedia.

Model Dinamik: Membaca Risiko Krisis Pangan Kalbar
Stock Flow Diagram Pangan Kalbar
Stock Flow Diagram Pangan Kalbar. Sumber: Reza, 2022.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa sepanjang periode 2014 hingga 2022, garis kebutuhan beras selalu berada di atas garis produksi. Artinya, situasi pangan Kalbar berada dalam posisi defisit beras: produksi lokal tidak mampu menutupi kebutuhan konsumsi warganya. Jika situasi ini dibiarkan tanpa intervensi, ketidakseimbangan antara permintaan dan produksi akan semakin besar, bahkan bisa mengancam ketahanan pangan daerah dalam jangka panjang.

Grafik waktu kebutuhan konsumsi beras dan produksi beras Kalbar tahun 2012-2022.
Pangan Kalbar | Grafik waktu kebutuhan konsumsi beras dan produksi beras Kalbar tahun 2012-2022. Sumber: Reza, 2022.

Akurasi model sistem dinamik diuji melalui validasi statistik menggunakan metode Absolute Mean Error (AME). Hasilnya menunjukkan tingkat kesalahan yang masih dapat diterima, sekitar 14–25 persen. Artinya, model yang digunakan cukup andal untuk menggambarkan kondisi nyata di lapangan.

Dari hasil simulasi tersebut, beberapa skenario kebijakan pangan Kalbar diajukan. Salah satunya adalah pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana. Jika angka kelahiran bisa ditekan hingga di bawah delapan persen per tahun, maka jumlah penduduk Kalbar pada 2022 diperkirakan hanya sekitar 6,28 juta jiwa—jauh lebih rendah dari proyeksi tanpa intervensi yang mencapai lebih dari 16 juta jiwa. Langkah lain adalah meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan menaikkan hasil panen padi dari tiga ton menjadi sekitar enam hingga enam setengah ton per hektar, Kalbar berpotensi beralih dari defisit menjadi surplus beras.

Menjaga Lahan, Membangun Kemandirian

Namun, peningkatan produktivitas bukanlah solusi tunggal. Jika lahan pertanian terus menyusut, peningkatan hasil per hektar tidak akan cukup menutupi kehilangan total produksi. Karena itu, kebijakan perlindungan lahan pertanian menjadi keharusan. Pemerintah perlu memastikan agar sawah tidak lagi dengan mudah dialihfungsikan, sekaligus membuka peluang perluasan areal tanam di daerah yang masih potensial. Diversifikasi pangan juga menjadi langkah penting untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras. Potensi bahan pangan lokal seperti sagu, jagung, dan singkong harus dikembangkan sebagai alternatif sumber karbohidrat.

Ketahanan pangan sejatinya bukan hanya soal berapa banyak beras yang bisa diproduksi, tetapi juga soal bagaimana menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menciptakan tekanan besar terhadap lahan dan sumber daya air. Sebaliknya, kebijakan pembangunan yang tidak berpihak pada pertanian akan mempercepat hilangnya kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduknya.

Penulis: Mohammad R., pegiat Gemawan.

Sumber: Model Sistem Dinamik Ketersediaan Beras di Kalimantan Barat untuk Mendukung Ketahanan Pangan, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi “SAINTEK” Seri II.

 

Masa Depan Pangan Kalbar: Analisis Sistem Dinamik
Tagged on: