KALBAR SATU – YAPPIKA Action-Aid bersama lembaga Gemawan dalam upaya promosi prakarsa masyarakat sipil untuk pendidikan inklusif dan berkualitas di Indonesia (Pro-Inqlued) melakukan kunjungan sekolah di SDN 15 Seburing, Desa Seburing Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas.
Dalam kunjungan kali ini TIM Pro-Inqlued menindak lanjuti hasil daftar identifikasi masalah (DIM) di sekolah dan melakukan dokumentasi dan pembuatan vidio pendek (dokumenter).
Distric Coordinator (DC) Nurfauzah menayampaikan, “Kedatangan TIM Program Pro-Inclued adalah untuk bersilahturahmi dan menjalin kerjama yang baik dengan mitra sekolah dampingan dalam upaya pencapaian program”.
Ruslan (50) Kepala Sekolah SDN 15 Seburing menyambut baik kehadiran TIM Pro-Inqlued.
“Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada lembaga Gemawan karena telah menjadikan sekolah kami menjadi salah satu mitra sekolah dampingan program Pro-Inqlued,” katanya.
Dengan kondisi sekolah lanjut Ruslan, yang cukup memprihatinkan,baik lantai yang terbuat dari papan sudah banyak yang patah dan sudah rapuh.
“Flapon atau dek dan atap banyak yang bocor bahkan kami menggunakan bekas rumah dinas guru menjadi ruang kelas 1 dan kelas 2 yang dikatakan jauh dari kelayakan,” imbuhnya.
Ruslan menambahkan, pada tahun ini baru mendapatkan bantuan berupa Ruag Kelas Belajar 1 (satu) lokal.
“Bagaimanapun kami tetap merasa bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah daerah kabupaten Sambas yang telah berupaya memajukan dan memperbaiki keadaan sekolah kami meski belum terpenuhi sesuai kondisi sekolah,” jelasnya.
Ruslan berharapa SDN 15 Seburing di tahun berikutnya mendapatkan bantuan rehab berat.
“Mulai dari lantai harus dipondasi semen dan bagian atas berupa atap,” harapnya.
Pendi (59) sebagai guru kelas menambahkan sejak berdirinya sekolah ini sejak tahun 1981-1982 SDN 15 seburing baru 1 kali perbaikan.
“Itu pun rehab ringan bagian atas pada tahun 2008 dari dana alokasi khusus, sampai sekarang ini banyak yang rusak sehingga sangat mengkhawatirkan keselamatan bagi siswa-siswi dan guru dalam proses belajar dan mengajar,” paparnya.
Senada yang disampaikan Teguh (11) siswa kelas 6 (enam), “Sekolah kami keadaannya banyak rusak, jika ingin ke toilet harus antri dan keadaannya jelek”.
Dari Hardian pun menyampaikan untuk memajukan dan mewujudkan pendidikan yang berkualitas, harus banyak melibatkan berbagai pihak.
“Seperti meningkatnya kerja sama antar organisasi masyarakat sipil dengan pemerintah daerah secara efektif untuk mengimplementasikan inisiatif serata menggalang dana seperti Funrising,” jelas Hardijan (YAPPIKA-ActionAid). (*)