Selama ini, lahan gambut dianggap tidak dapat dikelola kecuali dengan metode pembakaran, karena itulah PLTB diperkenalkan sebagai alternatif pengelolaan lahan gambut. Lahan gambut yang telah disuburkan merupakan media tanam yang baik bagi tanaman kaya nutrisi, seperti mentimun, semangka, sayuran, serta tanaman hortikultura lainnya.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang bertujuan untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Pondok pesantren, yang melembaga di masyarakat, merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Model pembelajaran dengan pola keasramaan (boarding school) yang diterapkan di pesantren pun memang sudah lazim dikenal, seperti seminari atau asrama.
Di awal kehadirannya, pondok pesantren semata-mata difokuskan untuk mendalami ilmu-ilmu khusus Islam sebagai pedoman hidup (tafaqquh fi al-din) dengan menekankan pentingnya moral dalam bermasyarakat (Syafe’i, 2017). Karena itulah, di pesantren diajarkan keilmuan seperti tauhid (aqidah), fiqh, nahwu-sharaf, mantiq, membaca Alquran, mengkaji kitab kuning, dan lazimnya pelajaran lain yang ada di pesantren. Sebab itu pula pesantren dicitrakan sebagai lembaga pendidikan yang mencetak ulama atau pemikir Islam.
Seiring perubahan yang terjadi, lembaga pendidikan ini juga bertransformasi beradaptasi dengan gerak zaman. Dengan tetap mempertahankan aspek keislaman, sebagai kekhasan utama, pesantren berupaya mencetak sumberdaya manusia baru yang adaptif dan cakap di segala bidang. Perubahan sistem pembelajaran dari perseorangan atau sorogan – pembelajaran khusus materi tertentu – menjadi sistem klasikal yang kemudian dikenal dengan madrasah (Chamid, 2008). Perubahan lain adalah penyampaian pengetahuan umum berdampingan dengan mata pelajaran khas pesantren. Materi life-skill turut diperkenalkan pada para santri, sesuai dengan kebutuhan zaman, seperti teknologi, otomotif, elektronik, peternakan, juga pertanian.
Baca juga: Dari Lahan Gambut Memperkuat Imunitas Komunitas
Pesantren, yang biasanya berada di wilayah rural, lazim memiliki pekarangan yang relatif luas. Pekarangan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman hortikultura yang memiliki kandungan gizi dan nutrisi bagi para santri. Di sisi lain, kehidupan di pesantren biasa menginspirasi warga sekitar, keberhasilan sebuah proses di pesantren dapat melahirkan inisiatif bagi warga untuk mereplikasi aktivitas sejenis.Â
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya pertanian bisa menjadi salah satu langkah baik untuk mempersiapkan ketahanan pangan dan peningkatan imunitas, seraya menjaga mental tetap positif. Apatah lagi di masa pandemi COVID-19 – ditetapkan Pemerintah sebagai bencana sejak Maret 2020 melalui Keppres Nomor 12 Tahun 2020 – yang mengharuskan diterapkannya berbagai pembatasan sosial. Langkah taktis ini memang memunculkan berbagai penolakan, tapi hingga kini masih belum ada alternatif lain yang bisa diambil selain melalui jalan pembatasan sosial. Sementara vaksinasi memang masih terus berjalan meski agak terhambat.
Memang dibutuhkan strategi dan langkah efektif untuk mampu melewati pandemi yang belum tampak akan berakhir. Hidup dalam pandemi mengharuskan kita beradaptasi menghadapi keganasan musuh yang tak tampak ini, terutama adalah menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan mental. Dua hal itu dapat diperoleh dengan berolahraga, menjaga pola tidur, serta meningkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi makanan yang sehat, bergizi dan bernutrisi.Â
Berkebun dipercaya memberikan efek positif bagi kesehatan mental dan terapi emosional. Mengutip Tempo, orang Jepang memiliki terapi yang disebut shinrin-yoku, yang diterjemahkan menjadi mandi hutan, dengan mengenali kekuatan penyembuhan ruang hijau. Shinrin-yoku telah dikembangkan menjadi landasan perawatan kesehatan preventif dan aktivitas penyembuhan. Berkebun juga mendekatkan akses manusia terhadap makanan bergizi dan bernutrisi dengan memanfaatkan pekarangan sebagai lokasi penyemaian tanaman hortikultura dan herbal.Â
Pesantren Hidayatul Mubtadiien: Pusat Pembelajaran Pengelolaan Lahan Gambut
Melalui program Pembangunan Learning Centre dan Home Garden untuk Ketahanan Masyarakat dalam Situasi Pandemi COVID-19, Gemawan melakukan pendampingan di enam pusat pembelajaran (learning center) yang berada di Kabupaten Mempawah dan Kubu Raya. Tiga pusat pembelajaran berlokasi di pondok pesantren, sementara tiga yang lain akan didirikan di desa. Sebanyak 24 support home garden dibangun di 24 lokasi berbeda. Program ini merupakan kerjasama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dan United Nations Office Project Services (UNOPS) melalui dukungan dari UKAid.Â
Baca juga: Pentingnya Perspektif GESI dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam di Kayong Utara
Pesantren Hidayatul Mubtadiien berlokasi di Desa Kuala Dua, Kabupaten Kubu Raya. Lembaga pendidikan ini berdiri sejak tahun 1988 oleh Kyai Ahmad Muhyiddin Sholeh, dan secara resmi terdaftar sebagai satu dari 225 pesantren yang melakukan aktivitas pendidikan di Kalimantan Barat. Saat ini terdapat sekitar 300 orang santri yang diasuh, baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah tenaga pengajarnya berjumlah sekitar 20 orang, jebolan pesantren di Jawa, alumni, dan beberapa guru honorer.
Pesantren Hidayatul Mubtadiien menjadi pusat pembelajaran (learning center) bagi para santri untuk mengenal pertanian berkelanjutan di lahan gambut melalui PLTB (pengelolaan lahan tanpa bakar). Selama ini, lahan gambut dianggap tidak dapat dikelola kecuali dengan metode pembakaran, karena itulah PLTB diperkenalkan sebagai alternatif pengelolaan lahan gambut.
Lahan gambut yang telah disuburkan merupakan media tanam yang baik bagi tanaman kaya nutrisi, seperti mentimun, semangka, sayuran, serta tanaman hortikultura lainnya. Sementara home garden menjadi wadah bagi para santri untuk melakukan praktik-praktik pengelolaan lahan pertanian dari pembelajaran yang diperoleh sebelumnya. Learning centre dan home garden juga berkembang menjadi metode pembelajaran outdoor bagi para santri. Bagi para santri, kegiatan praktik di lahan pertanian menjadi hal menarik dan tidak membosankan, sehingga meningkatkan motivasi belajar dan hakikat belajar akan lebih bermakna sebab dihadapkan langsung realitasnya (Husamah, 2013). Program ini bernilai strategis karena menjadikan pesantren sebagai role-model pengembangan pertanian berkelanjutan, yang berelasi positif dengan fungsi sosial pesantren di tengah masyarakat.Â
Karena fungsi sosial tersebut, pusat pembelajaran yang didirikan di pesantren diharapkan dapat memiliki radiasi dan spektrum lebih luas bagi masyarakat sekitar. Pesantren memiliki hubungan erat dalam proses perkembangan masyarakat. Hubungan sosial antara pesantren dan masyarakat membawa pengaruh terhadap perilaku sehari-hari, terkhusus berkaitan dengan tradisi keagamaan yang berkembang di lingkungan pesantren bernaung, seperti tradisi Yasinan tiap malam Jumat yang digelar oleh Pesantren Hidayatul Mubtadiien dan masyarakat sekitar. Tradisi ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya, hal ini dilakukan agar semangat dan partisipasi masyarakat dalam melestarikan tradisi terus terjaga seraya menjadi ruang silaturahmi antara pondok pesantren dan warga.
Selain sebagai sumber asupan gizi dan nutrisi, pembangunan home garden di Pesantren Hidayatul Mubtadiien bisa berkembang menjadi bisnis pertanian. Jika berjalan sebagaimana harapan, maka kelak home garden akan menjadi sumber pendapatan ekonomi baru guna memenuhi kebutuhan ekonomi dan meletakkan pondasi kemandirian ekonomi pesantren. Peluang itu cukup besar jika didasari potensi lahan yang masih cukup luas.
Baca juga: Desa Mandiri Peduli Gambut
Dengan santri yang berasal dari berbagai wilayah di Kalimantan Barat, hasil pembelajaran yang diperoleh dari learning centre dan home garden juga diharapkan menjadi bekal santri untuk menyebarkan metode serupa kepada orang tua dan masyarakat di daerah. Pusat pembelajaran Pesantren Hidayatul Mubtadiien tidak semata-mata merupakan wadah belajar bagi santri, namun dapat berkembang menjadi ruang-temu baru dalam relasi sosial antara pesantren dan masyarakat. Sehingga Pesantren Hidayatul Mubtadiien diharapkan menjadi poros budidaya pertanian berkelanjutan berbasis pesantren di Kubu Raya.Â
References
Chamid, A. (2008). Skripsi Transformasi Kurikulum Pesantren. Semarang, Jawa Tengah. Retrieved July 23, 2021, from http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl-abuchamid3-3930-1-3102156_-p.pdf
Ihsan, D. (2020, October 19). Kompas. (Y. E. Harususilo, Editor) Retrieved July 23, 2021, from https://www.kompas.com/: https://www.kompas.com/edu/read/2020/10/19/222015971/bersama-kementan-dan-intani-kemenag-kembangkan-pertanian-pesantren?page=all
Kemenag. (n.d.). Retrieved July 23, 2021, from https://kalbar.kemenag.go.id/: https://kalbar.kemenag.go.id/id/halaman/data-pondok-pesantren-umum
Syafe’i, I. (2017). Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 85-103. doi:https://media.neliti.com/media/publications/177493-ID-pondok-pesantren-lembaga-pendidikan-pemb.pdf
Sumber: Pertama kali rilis di laman Inside Pontianak pada tanggal 4 Agustus 2021 dengan judul Inisiasi Pusat Pembelajaran Pengelolaan Lahan Gambut dari Pesantren. Dirilis ulang di laman gemawan.org dengan judul Pusat Pembelajaran Pengelolaan Lahan Gambut dari Pesantren setelah melalui sejumlah penyuntingan.
Penulis:
Muhammad Yamin Adysa Putra, Santri dan Pegiat Gemawan
Editor: Mohammad Reza