Perempuan penggerak perubahan

“Di mana ada keinginan, di situ ada jalan”, peribahasa yang menjawab perasaan Ibu Jamakatun, perempuan penggerak perubahan. Ketika ia diutus sebagai perwakilan Desa Podorukun untuk mengikuti kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG), seolah harapnya terjawab.

Ibu Jamakatun adalah seorang petani asal Desa Podorukun, Kabupaten Kayong Utara. Ia memiliki lahan pertanian di area gambut. Lahan gambut memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan rawan terbakar jika musim kemarau tiba. Tingkat keasaman yang tinggi ini menyebabkan tanaman mudah mati. Tak banyak tanaman yang bisa dibudidayakannya. Ia sempat mencoba mengembangkan beberapa tanaman, tetapi sering mengalami kegagalan. Kesulitan itu diperburuk dengan lahan yang kadang terbakar.

Biasanya, para petani di area gambut akan membakar lahan gambut sebelum mengelola. Tanpa disengaja, api yang dinyalakan itu merembet ke area yang tidak diinginkan. Selama ini, ia belum menemukan solusi mengolah lahan gambut yang baik dan benar.

“Berbagai upaya saya lakukan untuk mengembangkan lahan ini. Saya coba berbagai pupuk agar tanaman tumbuh subur, tapi hanya bertahan sebentar, setelah itu layu dan mati. Saya tahu kalau lahan gambut ini tingkat asamnya tinggi, saya pernah dengar kalau mengatasinya dengan cara dibakar dulu, itu juga sudah dicoba, bukannya subur malah apinya merembet kemana-mana,” ucapnya. 

Baca jugaStrategi Percepatan Pencapaian SDGs 2030: Act Now for SDGs!

Baca jugaJaga Kopi Gambut, Latih 20 Perempuan Petani Kopi di Kayong Utara

Namun kebingungan yang melanda tidak menyurutkan asa. Ia ingin berhasil mengelola lahan gambut yang dimiliki. Jamakatun melihat desanya memiliki potensi lahan gambut yang besar. Sebagai perempuan, ia ingin sejawatnya sesama petani perempuan dapat memanfaatkan potensi itu untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

“Saya ingin perempuan yang ada di Desa Podorukun dapat mengembangkan lahan gambutnya biar bisa mendatangkan uang. Kan jadi tambahan ekonomi untuk keluarga,” imbuhnya.

“Di mana ada keinginan, di situ ada jalan”, peribahasa yang menjawab perasaan Ibu Jamakatun, perempuan penggerak perubahan. Ketika ia diutus sebagai perwakilan Desa Podorukun untuk mengikuti kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG), seolah harapnya terjawab. SLPG itu diselenggarakan oleh Gemawan bekerjasama dengan BRGM

Pelatihan ini diisi dengan serangkaian ilmu dan praktik mengolah lahan tanpa bakar, mengenal tanaman yang cocok di lahan gambut, dan penerapan pupuk yang baik digunakan di lahan gambut. Pada kegiatan itu Ibu Jamakatun mendapat pengetahuan dan pengalaman dari petani gambut lain. Ia pun mendapatkan gambaran dan cara mengelola lahan yang dimiliki. 

Baca jugaModerasi Kebudayaan: Menyambung Rantai Sejarah, Membangun Peradaban Emas 2045 dari Kalimantan Barat

Baca jugaHadapi Karhutla Gambut, Deputi Gemawan Tegaskan Pentingnya Pelibatan Perempuan

Perempuan Penggerak Perubahan | Jamakatun, perempuan penggerak perubahan asal Podorukun, Kabupaten Kayong Utara. Ia menggerakkan para perempuan di lingkungannya untuk berdaya dan bermartabat. Gambar: Istimewa.

Jamakatun: Perempuan Penggerak Perubahan

Ibu Jamakatun pun menyadari pentingnya pengetahuan yang ia miliki untuk dibagi kepada perempuan petani lainnya. “Banyak ilmu yang saya peroleh dari mengikuti SLPG. Sayang rasanya jika tidak disampaikan kepada yang lain. Saya ingin perempuan di Desa Podorukun juga tahu, walaupun mereka tidak ikut kegiatan,” ungkapnya.

Setelah berdiskusi dengan tim Gemawan, ia berinisiatif mengumpulkan para perempuan di desa dan membentuk kelompok sebagai wadah berbagi ilmu. Kelompok itu dinamakan Delima.

Jamakatun beserta anggota kelompok kemudian mempraktikkan pengetahuan yang diperoleh pada demonstration plot (demplot) kelompok. Demplot itu dibangun di atas lahan gambut. Mereka mengembangkan lahan dengan membudidayakan sayuran. Demplot itu berhasil! 

Keberhasilan metode kemudian mereka praktikan kembali di lahan masing-masing anggota Kelompok Perempuan Delima.

“Alhamdulillah, sayur yang kami kembangkan di demplot berhasil. Ibu-ibu lain pun jadi semangat. Sekarang mereka sudah mulai mempraktikkan di lahan masing-masing.”

Berkat inisiatif Ibu Jamakatun, para perempuan petani gambut di Desa Podorukun berhasil mengembangkan pertanian di lahan gambut. Alhasil, tentu mendatangkan tambahan ekonomi. Keberhasilan kelompok ini berdampak kepada para perempuan di desa lainnya. Satu per satu, lahir para perempuan penggerak perubahan dari Bumi Bertuah.

Jamakatun, perempuan penggerak perubahan ini sering diundang untuk berbagi pengetahuan kepada para perempuan desa lain tentang metode mengelola lahan gambut yang ramah lingkungan serta mengembangkan ekonomi alternatif berbasis potensi sumberdaya alam lokal. 

Baca jugaPra-Kongres Kebudayaan Indonesia 2023 di Bumi Khatulistiwa: Sambut KKI, Himpun Gagasan Pemajuan Kebudayaan

Baca jugaNonton Fight Girl: Diskusi Film untuk Perkuat Supporting System Gerakan Sosial

Ibu Jamakatun bersama para perempuan penggerak perubahan di Kabupaten Kayong Utara pasca mengikuti pelatihan pengolahan kopi berkelanjutan untuk mendukung ekonomi restoratif. Gambar: Istimewa.

Keberhasilannya bersama Kelompok Perempuan Delima dalam mengelola lahan gambut dengan metode ramah lingkungan dilirik oleh Dinas Perkim LH Kabupaten Kayong Utara. Mereka diminta untuk mewakili Kabupaten Kayong Utara untuk mengikuti kontestasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim tingkat nasional. Pada tahun 2022, Ibu Jamakatun bersama kelompok Delima berkontribusi pada perolehan penghargaan Desa Podorukun sebagai kampung iklim kategori madya tingkat nasional.

Penulis: Muhammad Yamin A.

Penyunting: madmand

Credit Photo: Maulisa

Perempuan Penggerak Perubahan dari Bumi Bertuah
Tag pada: