“Untuk penggerek batang padi itu ada lima jenis. Yang paling sering ada di daerah kita. Ada penggerek batang kuning, putih, bergaris, mengkilat dan merah jambu. Mengapa dikatakan Penggerek batang karena memang hidupnya itu didalam batang. Ini yang sulit karena masuk di dalam batang.” Kata Tris Haris Ramadhan, dalam pelatihan Pertanian Organik di Desa Sulung, Senin (27/4), Sambas.
Sambas – Berbagai macam serangan hama dan penyakit dihadapi petani, persoalan ini ditambah lagi dengan penyangga alam yang tidak mampu lagi menahan cuaca ekstrim hingga menyebabkan kekeringan. Untuk mengantisipasi dan mengatasi persoalan ini diperlukan teknologi tepat guna yang berkelanjutan, agar kendala-kendala ini bisa diantisipasi kemudian hari.
“Teknologi ini bukan dipahami sebagai mesin dan rekayasa genetika, tetapi pengetahuan dan budaya pengolahan yang organis adalah kunci awal pertanian yang berkelanjutan,” ujar Herlina, fasilitator dan juga penggiat lapangan Gemawan.
Apakah persoalan hutan yang semakin berkurang, bibit rekayasa genetika, perawatan yang kurang, atau penggunaan pupuk dan pestisida yang serba kimia? Dijawab dalam Pelatihan Pertanian Berkelanjutan dilaksanakan Gemawan di Desa Sulung (27-28/4), Sambas. Kegiatan selama dua hari ini melibatkan sebanyak 26 peserta baik dari perwakilan kelompok Serikat Perempuan Pantai Utara (Serumpun) Sambas dan Singkawang juga melibatkan penggiat lapangan Gemawan.
Hari pertama peserta diberi teori terkait dengan perawatan, dilanjutkan hari kedua praktek lapangan. Sambil menampilkan slide demi slide, narasumber juga menulis ke kertas plano, sambil menjelaskan dengan gambaran sederhana tanaman padi dan kendalanya.
Selama dua hari ini, narasumber menjelaskan perkenalan dasar mengenai pertanian, hama dan penyakit tanaman, kerusakan yang ditimbulkan, pengendalian, pembuatan pupuk dan pestisida alami; dan praktek lapangan.
Penuh antusias dan semangat, peserta mengikuti praktek lapangan ini. Tidak peduli cuaca panas, peserta mengikuti praktek lapangan di sawah yang tidak jauh dari tempat pertemuan. Sambil menggunakan caping serta pena yang tidak lepas dari tangan, peserta mencatat semua informasi yang didapatkan.
Disaat praktek pembuatan pembuatan pupuk dan pestisida alami, peserta berpikiran biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan sangat mahal, “ternyata bahan dasar ini mudah didapatkan dengan harga terjangkau ya,” kata Wasilah perwakilan kelompok Kemboja Serumpun.
Di hari kedua, selesai kegiatan pada sore harinya, difasilitasi oleh Herlina, acara dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut. Peserta yang hadir selama dua hari ini, atas rekomendasi bersama berkewajiban menjadwalkan pertemuan dan pelatihan dikelompok mereka masing-masing.
Ditambahkan Lina, tujuan kita, pelatihan-pelatihan seperti ini akan terus diinisasi sendiri oleh kelompok-kelompok Serumpun. Ini tujuan dari pertemuan dan pelatihan-pelatihan yang difasilitasi oleh Gemawan di kabupaten dan kota di Kalbar, untuk mendorong kedaulatan petani atas lahannya dan kemandirian organisasi rakyat khususnya Serumpun.
“Tidak hanya materi pertanian yang berkelanjutan, tetapi hasil dari pelatihan ini akan ada fasilitator-fasilitator tingkat desa yang berkesinambungan mendampingi dan memfasilitasi pelatihan bagi petani perempuan di Singkawang dan Sambas,” kata Lina sambil memfasilitasi rencana kerja kelompok Serumpun Sambas dan Singkawang. (M. Zuni I)
Pelatihan Pertanian Keberlanjutan Bagi Fasilitator Petani Serumpun